Tim penyelamat dan relawan masih berjuang keras membantu jutaan orang yang terdampak dan tanah longsor di beberapa wilayah Asia. Sementara, jumlah korban tewas akibat bencana yang salah satunya dipicu hujan ekstrem ini terus meningkat menjadi lebih dari 1.700 orang di Indonesia, Sri Lanka, dan Thailand.
Dilansir Al-Jazeera, Minggu (7/12/2025), lebih dari 900 orang meninggal dunia, 400 orang hilang dan 800 ribu orang mengungsi akibat bencana di Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Berdasarkan data BNPB hingga hari ini, total korban tewas di tiga provinsi itu mencapai 916 orang.
Di Sri Lanka, pemerintah telah mengonfirmasi 607 kematian dan 214 orang lainnya hilang hingga Sabtu (6/12). Presiden Anura Kumara Dissanayake menyebut bencana di negaranya itu menjadi yang paling menantang.
Banjir juga menyebabkan setidaknya 276 kematian di Thailand, sementara dua orang tewas di Malaysia dan dua orang tewas di Vietnam setelah hujan deras memicu lebih dari selusin tanah longsor.
Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, mengatakan tim tanggap darurat masih mencari jenazah di lumpur ‘setinggi pinggang’ orang dewasa. Kelaparan juga menjadi salah satu ancaman paling serius yang kini menghantui desa-desa terpencil dan sulit diakses.
“Banyak orang membutuhkan kebutuhan dasar. Banyak daerah terpencil di Aceh yang masih terdampak,” ujarnya kepada para wartawan.
“Orang-orang tidak mati karena banjir, tetapi karena kelaparan. Begitulah adanya,” sambungnya.
Seluruh desa telah tersapu banjir di wilayah Aceh Tamiang yang diselimuti hutan hujan. Wilayah Aceh Tamiang hancur total dari hulu hingga hilir, hingga ke jalan dan laut.
“Banyak desa dan kecamatan kini hanya tinggal nama,” ujarnya.
BMKG sendiri memperingatkan hujan sangat deras dapat terjadi di Aceh, Sumut dan Sumbar. Hal itu diperkirakan dapat menghambat proses evakuasi korban bencana.
Di Sri Lanka, lebih dari dua juta orang atau hampir 10 persen dari populasi terdampak bencana. Para pejabat di negara itu memperingatkan bahwa hujan lebat yang terus berlanjut dapat menyebabkan risiko tanah longsor baru.
Pusat Penanggulangan Bencana (DMC) Sri Lanka mengatakan lebih dari 71.000 rumah rusak, termasuk hampir 5.000 rumah yang hancur akibat banjir dan tanah longsor pekan lalu. DMC mengatakan hujan diperkirakan akan turun di banyak wilayah negara, termasuk wilayah tengah yang paling parah terdampak.
Hal itu memicu kekhawatiran akan terjadinya lebih banyak tanah longsor. Operasi pembersihan material longsor juga diperkirakan terhambat.
Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, mengatakan tim tanggap darurat masih mencari jenazah di lumpur ‘setinggi pinggang’ orang dewasa. Kelaparan juga menjadi salah satu ancaman paling serius yang kini menghantui desa-desa terpencil dan sulit diakses.
“Banyak orang membutuhkan kebutuhan dasar. Banyak daerah terpencil di Aceh yang masih terdampak,” ujarnya kepada para wartawan.
“Orang-orang tidak mati karena banjir, tetapi karena kelaparan. Begitulah adanya,” sambungnya.
Seluruh desa telah tersapu banjir di wilayah Aceh Tamiang yang diselimuti hutan hujan. Wilayah Aceh Tamiang hancur total dari hulu hingga hilir, hingga ke jalan dan laut.
“Banyak desa dan kecamatan kini hanya tinggal nama,” ujarnya.
BMKG sendiri memperingatkan hujan sangat deras dapat terjadi di Aceh, Sumut dan Sumbar. Hal itu diperkirakan dapat menghambat proses evakuasi korban bencana.
Di Sri Lanka, lebih dari dua juta orang atau hampir 10 persen dari populasi terdampak bencana. Para pejabat di negara itu memperingatkan bahwa hujan lebat yang terus berlanjut dapat menyebabkan risiko tanah longsor baru.
Pusat Penanggulangan Bencana (DMC) Sri Lanka mengatakan lebih dari 71.000 rumah rusak, termasuk hampir 5.000 rumah yang hancur akibat banjir dan tanah longsor pekan lalu. DMC mengatakan hujan diperkirakan akan turun di banyak wilayah negara, termasuk wilayah tengah yang paling parah terdampak.
Hal itu memicu kekhawatiran akan terjadinya lebih banyak tanah longsor. Operasi pembersihan material longsor juga diperkirakan terhambat.
