atau kantor kepresidenan menanggapi santai retorika nuklir Presiden (AS) , yang memerintahkan pengerahan dua ke lokasi lebih dekat dengan Rusia. Kremlin menegaskan tidak ingin terlibat dalam polemik, dan memperingatkan sikap hati-hati soal retorika nuklir.
Trump, pada Jumat (1/8), mengatakan dirinya memerintahkan dua kapal selam nuklir AS untuk “diposisikan di wilayah yang tepat”. Perintah itu merespons pernyataan mantan Presiden Rusia , yang mengingatkan Trump soal kemampuan serangan nuklir era Uni Soviet sebagai pilihan terakhir Rusia.
Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca infocom, hari ini, Selasa (5/8/2025):
– Ribut dengan Eks Presiden Rusia, Kapal Selam Nuklir AS Sudah Standby
mengatakan bahwa dua yang ia kerahkan sebagai tanggapan atas komentar bernada ancaman dari seorang mantan presiden , telah berada “di kawasan tersebut.” Trump juga mengisyaratkan bahwa ia bersiap untuk menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Moskow atas perangnya melawan Ukraina.
“Saya sudah mengeluarkan pernyataan, jawabannya adalah, itu (kapal-kapal selam nuklir) telah berada di kawasan tersebut,” kata Trump kepada para wartawan yang bepergian bersamanya di New Jersey, sebelum ia menaiki pesawat kepresidenan Air Force One pada Senin (4/8/2025) waktu setempat, dilansir USA Today, Selasa (5/8/2025).
Trump memerintahkan pengerahan dua kapal selam nuklir ke “kawasan yang tepat” pada 1 Agustus lalu, setelah mengingatkan Trump soal kemampuan serangan nuklir era Uni Soviet sebagai pilihan terakhir Rusia. Ini ditulisnya dalam sebuah unggahan media sosial yang meningkatkan ketegangan dengan Trump.
– Malaysia-RI Bahas Ambalat, Anwar Ibrahim Janji Lindungi Kedaulatan Sabah
Perdana Menteri (PM) , , menegaskan negaranya akan mempertahankan hak dan kedaulatan dalam perundingan dengan membahas sengketa wilayah kaya minyak, di Laut Sulawesi, atau dekat lepas pantai timur Sabah.
Penegasan itu disampaikan Anwar dalam kunjungan terbaru ke Kota Kinabalu, setelah sejumlah anggota parlemen Malaysia dari wilayah Sabah mempertanyakan soal hasil konsultasi tahunan kedua negara pada akhir Juli lalu.
“Kami akan merundingkannya dengan baik, tanpa menyerah. Ini semua ada dalam pertemuan, bukan sekadar pembicaraan rahasia,” ujar Anwar dalam penyataannya, seperti dikutip Malay Mail dan dilansir Channel News Asia, Selasa (5/8/2025).
– Pemohon Visa AS Wajib Setor Uang Jaminan hingga Rp 245 Juta, WNI Juga?
(AS) akan mewajibkan uang jaminan hingga US$ 15.000 atau setara Rp 245,8 juta untuk sejumlah visa turis dan bisnis di bawah program percontohan yang diluncurkan dalam dua pekan ke depan. Langkah ini menjadi upaya pemerintahan Presiden untuk menindak warga asing yang kerap overstay.
Aturan baru ini, seperti dilansir Reuters dan AFP, Selasa (5/8/2025), merupakan bagian dari program percontohan yang akan berlangsung selama 12 bulan, dan akan dimulai pada 20 Agustus mendatang.
Program ini akan berlaku bagi para pemohon visa bisnis B-1 dan visa turis B-2 dari negara-negara yang dianggap berisiko tinggi untuk .
– Bukan Cuma Duduki Gaza, Netanyahu Dapat Izin Trump Perluas Serangan
Perdana Menteri (PM) , , tidak hanya memutuskan untuk menduduki sepenuhnya, tetapi juga mendapatkan “lampu hijau” atau izin dari Presiden (AS), , untuk memperluas operasi militer di Jalur Gaza.
Keputusan Netanyahu untuk menduduki seluruh wilayah Jalur Gaza itu merupakan pergeseran besar dalam strategi Israel di daerah kantong Palestina tersebut, sejak perang melawan Hamas berkecamuk pada Oktober 2023.
Keputusan Netanyahu tersebut, seperti dilansir Anadolu Agency, Selasa (5/8/2025), dilaporkan oleh sejumlah media lokal Israel yang mengutip pejabat senior Tel Aviv yang dekat dengan Netanyahu. Sejauh ini belum ada pernyataan resmi dari kantor PM Israel mengenai hal tersebut.
– Trump Kerahkan 2 Kapal Selam Nuklir, Rusia Tanggapi Santai
atau kantor kepresidenan menanggapi santai retorika nuklir Presiden (AS) , yang memerintahkan pengerahan dua ke lokasi lebih dekat dengan Rusia. Kremlin menegaskan tidak ingin terlibat dalam polemik, dan memperingatkan sikap hati-hati soal retorika nuklir.
Trump, pada Jumat (1/8), mengatakan dirinya memerintahkan dua kapal selam nuklir AS untuk “diposisikan di wilayah yang tepat”. Perintah itu merespons pernyataan mantan Presiden Rusia , yang mengingatkan Trump soal kemampuan serangan nuklir era Uni Soviet sebagai pilihan terakhir Rusia.
Dalam komentar pertama sejak perintah Trump itu, seperti dilansir BBC dan Reuters, Selasa (5/8/2025), juru bicara Kremlin terkesan mengecilkan signifikansi perintah itu dan menegaskan Moskow tidak ingin terlibat perdebatan publik dengan sang Presiden AS.
Aturan baru ini, seperti dilansir Reuters dan AFP, Selasa (5/8/2025), merupakan bagian dari program percontohan yang akan berlangsung selama 12 bulan, dan akan dimulai pada 20 Agustus mendatang.
Program ini akan berlaku bagi para pemohon visa bisnis B-1 dan visa turis B-2 dari negara-negara yang dianggap berisiko tinggi untuk .
– Bukan Cuma Duduki Gaza, Netanyahu Dapat Izin Trump Perluas Serangan
Perdana Menteri (PM) , , tidak hanya memutuskan untuk menduduki sepenuhnya, tetapi juga mendapatkan “lampu hijau” atau izin dari Presiden (AS), , untuk memperluas operasi militer di Jalur Gaza.
Keputusan Netanyahu untuk menduduki seluruh wilayah Jalur Gaza itu merupakan pergeseran besar dalam strategi Israel di daerah kantong Palestina tersebut, sejak perang melawan Hamas berkecamuk pada Oktober 2023.
Keputusan Netanyahu tersebut, seperti dilansir Anadolu Agency, Selasa (5/8/2025), dilaporkan oleh sejumlah media lokal Israel yang mengutip pejabat senior Tel Aviv yang dekat dengan Netanyahu. Sejauh ini belum ada pernyataan resmi dari kantor PM Israel mengenai hal tersebut.
– Trump Kerahkan 2 Kapal Selam Nuklir, Rusia Tanggapi Santai
atau kantor kepresidenan menanggapi santai retorika nuklir Presiden (AS) , yang memerintahkan pengerahan dua ke lokasi lebih dekat dengan Rusia. Kremlin menegaskan tidak ingin terlibat dalam polemik, dan memperingatkan sikap hati-hati soal retorika nuklir.
Trump, pada Jumat (1/8), mengatakan dirinya memerintahkan dua kapal selam nuklir AS untuk “diposisikan di wilayah yang tepat”. Perintah itu merespons pernyataan mantan Presiden Rusia , yang mengingatkan Trump soal kemampuan serangan nuklir era Uni Soviet sebagai pilihan terakhir Rusia.
Dalam komentar pertama sejak perintah Trump itu, seperti dilansir BBC dan Reuters, Selasa (5/8/2025), juru bicara Kremlin terkesan mengecilkan signifikansi perintah itu dan menegaskan Moskow tidak ingin terlibat perdebatan publik dengan sang Presiden AS.