Aiptu Suhati: Guru Ngaji dan Pendamping Masyarakat di Desa Lea, Bone

Posted on

Sejak tahun 2020, Aiptu Suhati mendirikan pondok iqra dan menjadi guru ngaji untuk anak-anak di Desa Lea, Kecamatan Tellu Siattinge, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Kehadiran Bhabinkamtibmas Polsek Tellu Siattinge itu dirasakan betul oleh warga desa setempat.

Atas dedikasinya, Aiptu Suhati diusulkan menjadi salah satu kandidat oleh Kepala Desa Lea, Jufri. Aiptu Suhati sebelumnya telah diberitakan dalam program Hoegeng Corner 2024.

Jufri merasakan betul peran Aiptu Suhati di Desa Lea karena tugasnya sebagai kepala desa merasa banyak dibantu oleh Aiptu Suhati. Menurut Jufri, Aiptu Suhati hadir membantu menyelesaikan berbagai persoalan masyarakat di desa binaannya.

“Ibu Suhati memang kinerjanya saya anggap bagus, karena satu-satunya Bhabinkamtibmas paling rajin, paling bermasyarakat. Beliau tuh membantu kepala desa, biasa ada persoalan, dia bantu selesaikan. Jadi betul membantu membina masyarakat,” kata Jufri kepada infocom, Senin (10/3/2025).

Jufri menyebut permasalahan yang sering terjadi di masyarakatnya adalah sengketa batas tanah. Aiptu Suhati, kata dia, turun tangan membantu menengahi dan menyelesaikan sengketa tersebut.

“Dia memang pintar juga membujuk masyarakat, dia bantu saya. Jadi kalau saya misalnya mau pergi ke luar daerah, saya titip (desa) sama dia,” ucapnya.

Jufri memuji kegiatan Aiptu Suhati yang menjadi guru ngaji untuk anak-anak di Desa Lea. Terlebih, pondok yang dipakai anak-anak untuk kegiatan belajar mengaji itu dibangun atas inisiatif Aiptu Suhati.

“Beliau ada kegiatan mengajar mengaji anak-anak membaca Al Quran. Dia bikin pondok, banyak anak-anak yang mengajinya, dua cucuku juga ikut mengaji di situ, alhamdulillah tajwidnya bagus,” ujar Jufri.

Dia menilai kegiatan-kegiatan Aiptu Suhati sangat bermanfaat untuk warga Desa Lea. Aiptu Suhati dinilai betul-betul mengabdi kepada masyarakat karena dedikasinya tanpa pamrih, artinya Aiptu Suhati tak pernah minta dibayar.

“Sebenarnya memang saya kalau Bu Suhati itu, masyarakat itu tidak mau ditinggalkan. Boleh ditinggalkan desa ini kecuali naik pangkat, naik perwira. Kalau sudah perwira mungkin tidak bisa menjadi Bhabin,” imbuhnya.

Dalam program Hoegeng Corner 2024, Aiptu Suhati menceritakan dirinya menjadi Bhabin di Desa Patangga dan Desa Lea sejak 2020. Selama jadi Bhabin, dia sering menggelar kunjungan ke warga untuk mendengar berbagai keluhan masyarakat di desa binaannya, kemudian dicari solusinya.

“Bhabin sebagai ujung tombak di kepolisian, yaitu setiap harinya melaksanakan door to door system ke rumah-rumah, kemudian melakukan sambang kunjungan, pergi penyuluhan di sekolah-sekolah, kemudian ketika ada pesta masyarakat dan lain sebagainya, ikut ke sana,” kata Suhati kepada infocom, Sabtu (5/10/2024).

Aiptu Suhati punya berbagai program yang dilaksanakan di dua desa binaannya. Pertama, Aiptu Suhati mendirikan Pondok Iqra Al Muhajirin dan dirinya menjadi guru ngaji di pondok yang dibangunnya setahun yang lalu tersebut.

“Alhamdulillah sebenarnya mengajar iqra kepada anak-anak dan ibu-ibu di desa sebelum menjadi Bhabin juga memang sudah saya laksanakan ya tahun 2006, waktu masih di Binmas. Kemudian waktu jadi Bhabin, saya lanjutkan kembali untuk membuat, membangun pondok. Ya alhamdulillah kecil-kecilan untuk mengajar anak-anak, kebetulan kan di desa binaannya nggak ada TPA,” ucapnya.

Aiptu Suhati menjelaskan pondok iqra itu dibangun hasil dari menyerap aspirasi ibu-ibu di desa. Menurutnya, masyarakat ingin anak-anaknya belajar mengaji Al Quran secara baik dan benar berikut dengan hukum tajwidnya. Saat ini, sekitar 30 anak-anak yang ngaji di pondok tersebut.

“Jadi alhamdulillah tergerak hati saya untuk membangun pondok kecil di salah satu desa itu, Desa Lea diberikan nama Pondok Iqra Kamtibmas Al Muhajirin. Nah itu dibina langsung oleh saya bersama suami dan rencananya insyaallah kalau ada donatur-donatur tetap ini akan apa mau ngambil 1 guru lagi,” ujar Suhati.

Dia mengaku membagi tugas dengan suaminya setiap hari mengajar ngaji anak-anak dan ibu-ibu di Desa Patangga dan Desa Lea. Menurut Suhati, ketika dirinya mengajar di Desa Patangga, suaminya akan mengajar di Desa Lea. Begitu pun sebaliknya.

Aiptu Suhati menyebut Pondok Iqra Kamtibmas Al Muhajirin dibangun di atas tanah warga yang dihibahkan. Untuk membangun pondok berukuran 5 meter x 5 meter itu, Aiptu Suhati pakai dana pribadi dan dibantu para donatur.

“Bangunannya itu dari kayu memang sudah saya bikin, alhamdulillah kalau tempat untuk mengajar anak-anak itu (ukurannya) 5×5, jadi masih agak kecil sih. Karena situasi tanahnya memang itu masih tanah masyarakat,” katanya.

Tak hanya menjadi tempat belajar ngaji, pondok Iqra itu menjadi perpustakaan bagi anak-anak untuk membaca buku-buku cerita tentang agama Islam yang telah disiapkan. Pondok ini juga bisa dipakai warga desa untuk menggelar pertemuan.

Lebih lanjut, program lainnya dari Aiptu Suhati adalah membantu memperbaiki rumah warga yang rusak atau tak layak huni. Aiptu Suhati tak membiayai pembangunan rumah rusak itu, tapi ia bantu mencarikan donatur dari rekan-rekannya di kepolisian hingga Baznaz.

“Saya fasilitasi ke Baznas, alhamdulillah Baznas sambut baik dan itu sudah selesai bangunannya sudah berapa tahun lalu, kemarin sudah selesai. Kemudian tahun lalu juga di Desa Patangga itu juga ada 1. Tahun ini juga lagi ada 1, jadi sudah 3 dibantukan untuk warga,” ucapnya.

Aiptu Suhati mengungkap alasannya menjalankan program-program yang membantu masyarakat. Dia ingin agar kehadirannya bermanfaat bagi masyarakat setempat.

“Karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat kepada sesamanya,” imbuhnya.

Simak juga Video: Aiptu Suhati Bangun Pondok Iqra hingga Jadi Guru Ngaji Anak-anak di Bone

Cerita Aiptu Suhati


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *