Pemerintah kembali menerapkan skema murur atau hanya melintasi usai wukuf di Arafah bagi jemaah haji Indonesia. Ada 25% jemaah haji Indonesia yang bakal diikutkan skema murur tahun ini.
“Target peserta murur 25% dari total jemaah haji Indonesia,” kata Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Muchlis Muhammad Hanafi, dalam Bimtek Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2025 di Asrama Haji, Jakarta Timur, Jumat (18/4/2025).
Sebagai informasi, kuota jemaah haji RI tahun 2025 berjumlah 221.000 orang. Dari jumlah itu, ada 203.320 jemaah haji reguler yang dilayani Kemenag.
Muchlis mengatakan jemaah yang mengikuti murur terdiri dari jemaah lansia, jemaah risiko tinggi atau sakit, hingga jemaah disabilitas. Menurutnya, hal ini dapat mengurangi kepadatan saat proses mabit di Muzdalifah.
Jemaah yang mengikuti murur akan menaiki bus usai wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijah 1446 H. Setelah itu, jemaah yang diikutkan murur akan melihat dan melintasi Muzdalifah.
Mereka kemudian dibawa ke Mina tanpa turun lebih dulu di Muzdalifah. Kemenag juga menyiapkan skema tanazul untuk jemaah saat proses mabit di Mina.
“Tujuan utamanya untuk mengurai kepadatan tenda Mina,” ucapnya.
Dia mengatakan jemaah tetap mendapat hak tenda di Mina. Namun, jemaah yang diikutkan tanazul tidak menggunakannya dan dibawa untuk menginap di hotel dekat Jamarat. Jemaah akan dibawa lagi ke Mina untuk melempar jumroh sesuai jadwal.
“Sekitar 37.500 jemaah lah,” ujarnya.
Dia juga mengatakan ada delapan syarikah atau perusahaan yang terlibat dalam melayani jemaah haji RI di Arafah, Muzdalifah dan Mina tahun ini. Dia mengatakan situasi ini berbeda jika dibanding tahun lalu di mana hanya ada satu syarikah yang terlibat.
Lokasi penempatan atau tenda jemaah selama di Arafah juga mengalami perubahan. Kini, tenda jemaah haji RI akan tersebar di beberapa titik.