Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa perang di Gaza, Palestina, tidak akan berakhir sampai Hamas dilucuti senjatanya dan wilayah Palestina didemiliterisasi. Pernyataan ini muncul saat sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine Al-Qassam, menyerahkan jenazah dua sandera lainnya berdasarkan perjanjian gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat (AS).
Dilansir AFP, Minggu (19/10/2025), kantor Netanyahu mengatakan bahwa tim Palang Merah telah menerima jenazah dua sandera dari Hamas dan menyerahkannya kepada pasukan Israel di Gaza, dari sana mereka akan dibawa ke Israel untuk diidentifikasi.
Isu para sandera yang tewas masih berada di Gaza telah menjadi titik krusial dalam implementasi fase pertama gencatan senjata. Israel telah mengaitkan pembukaan kembali penyeberangan Rafah yang penting ke wilayah tersebut dengan penemuan jenazah para sandera.
Netanyahu memperingatkan bahwa menyelesaikan fase kedua gencatan senjata sangat penting untuk mengakhiri perang. Ia mengatakan bahwa fase B juga melibatkan pelucutan senjata Hamas dan demiliterisasi Jalur Gaza.
“Ketika itu berhasil diselesaikan–semoga dengan cara yang mudah, tetapi jika tidak, dengan cara yang sulit — maka perang akan berakhir,” tambahnya dalam sebuah penampilan di Channel 14 Israel yang berhaluan kanan.
Hamas sejauh ini menolak gagasan tersebut dan sejak jeda pertempuran telah bergerak untuk menegaskan kembali kendalinya atas Jalur Gaza.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump, Hamas sejauh ini telah membebaskan seluruh 20 sandera yang masih hidup, beserta jenazah sembilan warga Israel dan satu warga Nepal.
Serah terima terakhir terjadi pada Jumat (17/10) malam–jenazah tersebut diidentifikasi oleh Israel sebagai Eliyahu Margalit, yang meninggal pada usia 75 tahun dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Sebagai imbalannya, Israel telah membebaskan hampir 2.000 tahanan Palestina dan 135 jenazah warga Palestina lainnya sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 10 Oktober. Hamas mengatakan membutuhkan waktu dan bantuan teknis untuk mengevakuasi jenazah yang tersisa, yang katanya terkubur di bawah reruntuhan Gaza.
Dua jenazah yang akan dipulangkan pada Sabtu (18/10), telah dievakuasi, kata Brigade al-Qassam di Telegram. Netanyahu mengisyaratkan bahwa pembukaan kembali perbatasan Rafah yang vital ke Mesir dapat bergantung pada kepulangan semua jenazah sandera yang masih berada di Gaza oleh Hamas.
Misi Palestina di Kairo mengumumkan bahwa perbatasan tersebut dapat dibuka paling cepat pada Senin (20/10), meskipun hanya untuk warga Gaza yang tinggal di Mesir yang ingin kembali ke wilayah tersebut. Namun, tak lama kemudian, kantor Netanyahu mengatakan ia telah mengarahkan agar penyeberangan Rafah tetap ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.
“Pembukaan kembali penyeberangan ini akan dipertimbangkan berdasarkan bagaimana Hamas memenuhi perannya dalam memulangkan para sandera dan jenazah korban, serta dalam mengimplementasikan kerangka kerja yang disepakati,” katanya, merujuk pada kesepakatan gencatan senjata yang telah berlangsung seminggu.
Hamas memperingatkan pada Sabtu (18/10) malam, bahwa penutupan penyeberangan Rafah akan menyebabkan “keterlambatan yang signifikan dalam pengambilan dan pemindahan jenazah”.
Dua jenazah yang akan dipulangkan pada Sabtu (18/10), telah dievakuasi, kata Brigade al-Qassam di Telegram. Netanyahu mengisyaratkan bahwa pembukaan kembali perbatasan Rafah yang vital ke Mesir dapat bergantung pada kepulangan semua jenazah sandera yang masih berada di Gaza oleh Hamas.
Misi Palestina di Kairo mengumumkan bahwa perbatasan tersebut dapat dibuka paling cepat pada Senin (20/10), meskipun hanya untuk warga Gaza yang tinggal di Mesir yang ingin kembali ke wilayah tersebut. Namun, tak lama kemudian, kantor Netanyahu mengatakan ia telah mengarahkan agar penyeberangan Rafah tetap ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.
“Pembukaan kembali penyeberangan ini akan dipertimbangkan berdasarkan bagaimana Hamas memenuhi perannya dalam memulangkan para sandera dan jenazah korban, serta dalam mengimplementasikan kerangka kerja yang disepakati,” katanya, merujuk pada kesepakatan gencatan senjata yang telah berlangsung seminggu.
Hamas memperingatkan pada Sabtu (18/10) malam, bahwa penutupan penyeberangan Rafah akan menyebabkan “keterlambatan yang signifikan dalam pengambilan dan pemindahan jenazah”.