Kementerian Kebudayaan RI menyelenggarakan Sawala Budaya untuk meningkatkan sinergi dalam upaya untuk mempertegas peran Indonesia dalam diplomasi internasional dan menguatkan diplomasi budaya Indonesia.
Berlokasi di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, kegiatan ini melibatkan 31 Duta Besar Republik Indonesia Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) yang baru saja terpilih untuk menjalankan tugas diplomasi di berbagai negara. Mengawali pertemuan, Menbud Fadli Zon menyampaikan amanat konstitusi, yakni UUD 1945 Pasal 32 Ayat 1 yang menjadi landasan peranan kebudayaan Indonesia bagi peradaban dunia.
“Narasi ini kita ingin sampaikan pada dunia. Rencananya kita akan membuat film-film tentang ini, dan kami kirimkan ke negara-negara tempat para Duta Besar bertugas agar nanti ada subtitles dengan bahasa setempat,” terang Fadli, dalam keterangan tertulis, Rabu (23/4/2025).
Fadli lantas menyampaikan jika pada pertemuan ini ingin menyoroti dua hal, yakni narasi Indonesia sebagai negara mega diversity dan juga Indonesia sebagai peradaban tertua di dunia. Fadli kemudian menyampaikan arah kebijakan Kemenbud tahun 2025, yang diturunkan melalui organisasi kerja, antara lain Direktorat Jenderal (Ditjen) Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, yang melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelindungan kebudayaan dan tradisi.
Fadli turut menyampaikan jika bidang permuseuman berada di dalamnya. Menurut Fadli, Kemenbud tengah berbenah dan memperbaiki museum-museum di daerah agar layak dikunjungi.
“Museum Nasional Indonesia bisa menjadi benchmark. Namun tentu masih banyak yang perlu diperbaiki,” ujar Fadli.
“Kebijakan berikutnya adalah diplomasi budaya melalui Direktorat Jenderal Diplomasi dan Promosi Kebudayaan. Melalui Ditjen ini diharapkan Kementerian Kebudayaan dapat menjalankan kebijakan diplomasi budaya untuk mengangkat keunikan Indonesia, memperkokoh citra di tataran global, sekaligus memperluas pengaruh strategis bangsa di tingkat internasional,” sambungnya.
Kebijakan selanjutnya disampaikan melalui Ditjen Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan. Melalui Ditjen ini Kemenbud berkeinginan agar dapat menyelaraskan kebijakan dengan tren budaya modern seperti budaya digital dan industri budaya yang memicu pertumbuhan ekonomi budaya.
Termasuk di dalamnya ujar Menbud adalah pop culture, dan industri perfilman. Menurut Fadli, film itu penting karena era sekarang ini dunia perfilman lebih banyak ke co-production, menggunakan dukungan dana hingga tenaga insan perfilman, yang disebut funding production.
“Film kita sedang bagus, 67% pasar kita dipegang oleh film lokal. Saat ini kita juga memiliki Film Market melalui JAFF, yang mempertemukan stakeholders bidang perfilman dari berbagai negara,” ujar Fadli.
Kemenbud, lanjut Fadli, menempatkan budaya sebagai soft power untuk meningkatkan hubungan antar negara dan daya tarik bangsa. Maka dari itu, Kemenbud juga memiliki visi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai ibu kota kebudayaan dunia.
Sebagai salah satu wujud komitmen tersebut, akan diselenggarakannya kembali World Culture Forum. Fadli mengatakan melalui para duta besar, pihaknya berharap adanya MoU atau perjanjian kerja sama bidang kebudayaan dengan negara-negara di tempat para Dubes bertugas.
“Mulai dari repatriasi, perjanjian, dan Rumah Budaya Indonesia. Kita butuh dukungan para diaspora yang berada di negara-negara tempat para Duta Besar bertugas,” aku Fadli.
“Kita memiliki mimpi dan gagasan besar yaitu Indonesian Wave untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya, termasuk seni, musik, film, dan kuliner Indonesia-seperti Korean Wave atau Japanese Wave,” sambungnya.
Menutup paparannya, Fadli menyampaikan delapan poin call to action kepada para duta besar, antara lain: mainstreaming budaya dalam program kerja sebagai salah satu upaya menghadapi global uncertainty; koordinasi dan fasilitasi pengusulan Intangible Cultural Heritage (ICH), World Heritage (WH) UNESCO; koordinasi dan fasilitasi repatriasi benda warisan budaya Indonesia; mendorong pembentukan dan pengembangan Rumah Budaya Indonesia (RBI); melibatkan dan meningkatkan peran diaspora; mendorong sister-city dengan fokus bidang kerja sama budaya serta mempromosikan kuliner bangsa; mendorong dan memfasilitasi kerja sama investasi dalam revitalisasi museum, cagar budaya, ekosistem budaya, serta joint production film, teater, musik dan seni rupa; dan pemanfaatan teknologi digital dengan memfasilitasi kerja sama dengan perusahaan teknologi untuk digitalisasi aset budaya, termasuk museum.
Kegiatan Sawala Budaya kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara Fadli dengan para dubes terpilih. Para dubes terpilih menyambut baik dengan diadakannya kegiatan kali ini, dan memberikan masukan-masukan yang kiranya dapat membantu kebijakan yang diusung oleh Kemenbud.
Pada akhir diskusi, para dubes menyampaikan harapan agar ada pertemuan yang dilakukan secara berkala melalui sarana daring agar kolaborasi dalam upaya pemajuan kebudayaan ini dapat berjalan dengan baik dan tentunya sesuai dengan arah kebijakan yang dikeluarkan oleh Kemenbud.