Komisi VII DPR tengah membahas rancangan Undang-Undang (RUU) . Wakil Ketua Komisi VII DPR F-Gerindra mendorong RUU Kepariwisataan menjadi pijakan ekosistem pariwisata yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan berakar budaya bangsa.
“RUU Kepariwisataan ini sedang kami godok dengan serius. Kami ingin memastikan bahwa ekosistem pariwisata nasional tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga menjunjung tinggi budaya, adat istiadat lokal, serta mematuhi kode etik kepariwisataan internasional,” kata Rahayu Saraswati dalam keterangannya, Rabu (23/4/2025).
Ketum PP Tunas Indonesia Raya atau TIDAR ini menilai sektor pariwisata tidak boleh hanya berorientasi pada keuntungan jangka pendek, tetapi juga harus memberikan ruang sebesar-besarnya bagi partisipasi dan pemberdayaan masyarakat lokal yang menjadi salah satu poin krusial dalam pembahasan ini.
“Masyarakat lokal harus menjadi aktor utama, bukan sekadar penonton di tengah geliat industri pariwisata. Itulah yang kami perjuangkan dalam naskah undang-undang ini,” tambahnya.
Tak hanya itu, Sara juga mengusulkan pembentukan lembaga independen yang berperan khusus dalam promosi pariwisata Indonesia di tingkat global. Lembaga tersebut berkonsep seperti Indonesian Tourism Board, diharapkan bekerja secara profesional tanpa bergantung pada APBN.
“Kami menginginkan adanya lembaga promosi pariwisata yang independen, mandiri, dan inovatif. Lembaga ini bisa menjadi ujung tombak dalam mempromosikan Indonesia sebagai destinasi unggulan di mata dunia, tanpa membebani APBN,” ujarnya.
Dengan adanya lembaga ini, Waketum Gerindra itu menilai promosi pariwisata diharapkan bisa lebih agresif, konsisten, dan terfokus pada hal yang selama ini menjadi tantangan di sektor pariwisata.
Rahayu Saraswati menegaskan upaya memperbaiki ekosistem kepariwisataan nasional bukan semata soal regulasi, tapi juga menyangkut paradigma baru dalam memandang pariwisata sebagai alat pemersatu budaya dan pemberdayaan ekonomi rakyat.
“Pariwisata Indonesia punya potensi luar biasa. Tapi kita harus membangunnya dengan bijak-dengan hati, dengan nilai, dan dengan visi jangka panjang,” tutupnya.