Warga Suku mengeluhkan soal ketersediaan anti bisa ular kepada Gubernur Banten, Andra Soni, saat acara Seba Baduy di Gedung Negara, Kota Serang, Banten. Andra pun akan meminta jajarannya untuk menyediakan anti bisa ular tersebut.
“Ketersediaan obat atau anti bisa ular, mohon agar anti bisa ular itu disiapkan atau selalu tersedia di sekitar warga Baduy,” ujar Andra Soni dalam acara Seba Baduy di Kota Serang, Sabtu (3/5/2025).

Menurut Andra, yang juga dipanggil Bapak Gede oleh Suku Baduy, ia akan berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Lebak terkait ketersediaan anti bisa ular.
“Telah diinformasikan bahwa di Ciboleger terdapat Puskesmas milik Pemerintah Kabupaten Lebak yang melayani warga Baduy. Mohon kepala dinas dapat bekerja sama dan berkolaborasi untuk memastikan ketersediaan obat tersebut,” katanya.
Ia juga menyinggung soal ketersediaan anti bisa ular di RSUD Banten dan mewajibkan rumah sakit tersebut untuk memiliki serum anti bisa ular.
“Pernah ada warga yang tergigit ular dan dibawa ke RSUD Banten, namun tidak tersedia obat anti bisa ular. Sebagai rumah sakit pusat terbesar di Banten, saya mohon agar obat tersebut wajib tersedia,” ujarnya.
Diketahui, Seba Baduy Tahun 2025 dilaksanakan oleh warga Baduy sejak 2 Mei 2025. Mereka memulai Seba dengan mengunjungi Bupati Lebak, Moch. Hasbi Asyidiqi Jayabaya, pada Jumat malam (2/5). Kemudian pada Sabtu pagi (3/5/2025), mereka melanjutkan perjalanan ke Kota Serang untuk melaksanakan Seba kepada Gubernur Banten, Andra Soni, pada Sabtu malam (3/5).
Jaro Oom menyampaikan sebagaimana ritual tahunan Seba, mereka membawa pesan para tetua adat dari Baduy. Dalam Seba kali ini, mereka membawa 1.769 warga.
Pertama, mereka meminta Pemprov Banten tetap melindungi alam mulai dari gunung Karang karang hingga Ujung Kulon. Sebagai warga adat, mereka juga ingin perlindungan alam khususnya daerah Kanekes.
Mereka juga meminta pemprov melindungi masyarakat dalam hal kesehatan. Dia bercerita bahwa banyak warga Baduy yang terkena gigitan ular saat bertani di hutan-hutan. Mereka meminta agar puskesmas atau rumah sakit menyediakan anti bisa.
“Tradisi kami budaya tadi kami kemungkinan ketika masyarakat bertani, kami bertani di leweung kami khusus hayang dikhususkan anti bisa (Tradisi kami adalah bertani, kami bertani di hutan dan ingin ada permintaan terkait anti bisa,”ujarnya.