mengatakan bahwa memiliki kekuatan dan sumber daya yang cukup untuk menyelesaikan perang di , meskipun ia berharap tidak perlu menggunakan senjata nuklir.
Putin mengerahkan ribuan tentara Rusia ke Ukraina pada bulan Februari 2022, yang memicu konflik darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua, dan konfrontasi terbesar antara Moskow dan Barat sejak Perang Dingin.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Ratusan ribu tentara telah tewas atau terluka dalam perang itu. Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah berulang kali mengatakan bahwa ia ingin mengakhiri “pertumpahan darah” tersebut.
Dalam sebuah film di televisi pemerintah tentang seperempat abad Putin sebagai pemimpin tertinggi Rusia yang berjudul “Rusia, Kremlin, Putin, 25 tahun,” Putin ditanya oleh seorang reporter tentang risiko eskalasi nuklir dari perang Ukraina.
“Mereka ingin memprovokasi kita sehingga kita melakukan kesalahan,” kata Putin, dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (5/5/2025).
“Tidak perlu menggunakan senjata tersebut … dan saya harap itu tidak akan diperlukan,” imbuh Putin.
“Kita memiliki cukup kekuatan dan sarana untuk membawa apa yang dimulai pada tahun 2022 ke penyelesaian logis dengan hasil yang dibutuhkan Rusia,” ujar pemimpin itu.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah berulang kali mengatakan bahwa ia ingin mengakhiri “pertumpahan darah” akibat perang Rusia dan Ukraina. Trump telah memberi isyarat selama berminggu-minggu bahwa ia frustrasi dengan kegagalan Moskow dan Kyiv untuk mencapai kesepakatan guna mengakhiri perang.
Sebelumnya, mantan Direktur CIA William Burns mengatakan pada akhir tahun 2022, bahwa ada risiko nyata Rusia dapat menggunakan senjata nuklir terhadap Ukraina. Pernyataan ini telah dibantah oleh Moskow.
Putin, mantan letnan kolonel KGB yang diangkat menjadi presiden pada tahun 1999 oleh Boris Yeltsin yang sedang sakit, adalah pemimpin Kremlin yang menjabat paling lama sejak Josef Stalin, yang memerintah selama 29 tahun hingga kematiannya pada tahun 1953.