Amerika Serikat (AS) dan Houthi di Yaman telah mencapai kesepakatan gencatan senjata. Pengumuman ini membuat Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya terkejut.
Presiden AS mengatakan kelompok Houthi di Yaman yang didukung Iran telah sepekat menghentikan serangan terhadap kapal-kapal pengiriman kargo. AS akan menghentikan pengeboman ke wilayah Yaman.
Dilansir AFP, Rabu (7/5/2025), Houthi mulai menargetkan kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden pada akhir tahun 2023, dengan menyatakan solidaritas dengan warga Palestina di Gaza, yang telah dihancurkan oleh militer Israel setelah serangan mengejutkan Hamas tahun itu.
“Houthi telah mengumumkan… bahwa mereka tidak ingin berperang lagi. Mereka hanya tidak ingin berperang. Dan kami akan menghormati itu, dan kami akan menghentikan pengeboman, dan mereka telah menyerah,” kata Trump.
“Mereka mengatakan mereka tidak akan meledakkan kapal lagi, dan itulah… tujuan dari apa yang kami lakukan,” kata Trump, seraya menambahkan bahwa informasi tersebut berasal dari “sumber yang sangat, sangat bagus.”
Serangan oleh Houthi telah mencegah kapal-kapal melewati Terusan Suez–rute vital yang biasanya membawa sekitar 12% lalu lintas pengiriman dunia.
Amerika Serikat mulai melakukan serangan terhadap Houthi pada awal 2024 di bawah Presiden Joe Biden dan pemerintahan Trump melancarkan serangan baru terhadap pemberontak mulai 15 Maret.
Pentagon mengatakan minggu lalu bahwa serangan AS telah mengenai lebih dari 1.000 target di Yaman sejak pertengahan Maret dalam sebuah operasi yang dijuluki “Rough Rider.”
“Tidak ada pihak yang akan menyerang yang lain… memastikan kebebasan navigasi dan kelancaran arus pengiriman komersial internasional” di Laut Merah, tambahnya dalam sebuah pernyataan.
Pemimpin politik Houthi Mahdi al-Mashar tidak mengomentari kesepakatan tersebut tetapi menjanjikan respons “menyakitkan” terhadap serangan mematikan Israel sebagai balasan atas tembakan rudal di bandara utama Israel.
Juru bicara Huthi Mohammed Abdelsalam mengatakan kepada saluran televisi Houthi Al-Massirah bahwa setiap tindakan AS akan mendapat respons. “Jika musuh Amerika melanjutkan serangannya, kami akan melanjutkan serangan kami,” katanya.
“Jaminan nyata bagi kesepakatan tersebut adalah pengalaman gelap yang dialami Amerika Serikat di Yaman,” tambahnya.
Mashar mengatakan dalam pernyataannya bahwa serangan terhadap Israel “akan terus berlanjut” dan melampaui “apa yang dapat ditahan musuh Israel”.
Para pejabat Israel, yang berbicara secara anonim kepada media lokal, menyatakan keterkejutan dan kekecewaan mereka karena tidak diberi tahu sebelumnya. Hal itu menandai langkah kebijakan besar ketiga oleh pemerintahan Trump dalam beberapa bulan terakhir yang mengejutkan Netanyahu dan pemerintahannya.
Dua kebijakan besar Trump lainnya yang mengagetkan Tel Aviv adalah ketika AS mengungkapkan adanya pembicaraan langsung dengan Hamas di Qatar mengenai sandera Amerika, dan ketika Trump mengumumkan bahwa perundingan nuklir dengan Iran telah dimulai.
Khusus untuk pengumuman publik soal perundingan nuklir dengan Teheran itu, Trump menyampaikannya saat duduk di samping Netanyahu yang sedang berkunjung dan menemuinya di Ruang Oval, Gedung Putih.
Pada Selasa (6/5), seorang pejabat senior Houthi memuji gencatan senjata antara AS dan Houthi di media sosial, yang digambarkannya sebagai “kemenangan yang memisahkan dukungan Amerika dari entitas sementara (Israel)” dan kegagalan bagi Netanyahu.
Adapun Houthi memperjelas bahwa gencatan senjata tidak berlaku untuk Israel. Seorang juru bicara Houthi memperingatkan warga Israel untuk “tetap berada di tempat perlindungan bawah tanah”, yang menandakan niat kelompok itu melanjutkan serangan terhadap Tel Aviv.
Simak juga Video: Trump Setop Ngebom Yaman, Sebut Houthi Menyerah
Oman Umumkan AS-Houthi Gencatan Senjata
Israel Kaget
“Tidak ada pihak yang akan menyerang yang lain… memastikan kebebasan navigasi dan kelancaran arus pengiriman komersial internasional” di Laut Merah, tambahnya dalam sebuah pernyataan.
Pemimpin politik Houthi Mahdi al-Mashar tidak mengomentari kesepakatan tersebut tetapi menjanjikan respons “menyakitkan” terhadap serangan mematikan Israel sebagai balasan atas tembakan rudal di bandara utama Israel.
Juru bicara Huthi Mohammed Abdelsalam mengatakan kepada saluran televisi Houthi Al-Massirah bahwa setiap tindakan AS akan mendapat respons. “Jika musuh Amerika melanjutkan serangannya, kami akan melanjutkan serangan kami,” katanya.
“Jaminan nyata bagi kesepakatan tersebut adalah pengalaman gelap yang dialami Amerika Serikat di Yaman,” tambahnya.
Mashar mengatakan dalam pernyataannya bahwa serangan terhadap Israel “akan terus berlanjut” dan melampaui “apa yang dapat ditahan musuh Israel”.
Oman Umumkan AS-Houthi Gencatan Senjata
Para pejabat Israel, yang berbicara secara anonim kepada media lokal, menyatakan keterkejutan dan kekecewaan mereka karena tidak diberi tahu sebelumnya. Hal itu menandai langkah kebijakan besar ketiga oleh pemerintahan Trump dalam beberapa bulan terakhir yang mengejutkan Netanyahu dan pemerintahannya.
Dua kebijakan besar Trump lainnya yang mengagetkan Tel Aviv adalah ketika AS mengungkapkan adanya pembicaraan langsung dengan Hamas di Qatar mengenai sandera Amerika, dan ketika Trump mengumumkan bahwa perundingan nuklir dengan Iran telah dimulai.
Khusus untuk pengumuman publik soal perundingan nuklir dengan Teheran itu, Trump menyampaikannya saat duduk di samping Netanyahu yang sedang berkunjung dan menemuinya di Ruang Oval, Gedung Putih.
Pada Selasa (6/5), seorang pejabat senior Houthi memuji gencatan senjata antara AS dan Houthi di media sosial, yang digambarkannya sebagai “kemenangan yang memisahkan dukungan Amerika dari entitas sementara (Israel)” dan kegagalan bagi Netanyahu.
Adapun Houthi memperjelas bahwa gencatan senjata tidak berlaku untuk Israel. Seorang juru bicara Houthi memperingatkan warga Israel untuk “tetap berada di tempat perlindungan bawah tanah”, yang menandakan niat kelompok itu melanjutkan serangan terhadap Tel Aviv.
Simak juga Video: Trump Setop Ngebom Yaman, Sebut Houthi Menyerah