Perdana Menteri (PM) meminta maaf atas kegagalan negara dalam melindungi rakyat yang dilanda banjir. Jumlah korban tewas akibat sejauh ini mencapai sedikitnya 170 orang.
Kementerian Kesehatan Masyarakat, seperti dilansir Bangkok Post dan Channel News Asia, Senin (1/12/2025), melaporkan jumlah korban tewas bertambah delapan orang dibandingkan Sabtu (29/11) waktu setempat, menjadi total 170 orang. Disebutkan juga bahwa 102 orang lainnya mengalami luka-luka.
Laporan Departemen Pencegahan dan Mitigasi Bencana menyebutkan bahwa lebih dari 1,4 juta rumah tangga dan sebanyak 3,8 juta orang terdampak banjir yang dipicu oleh hujan lebat yang mengguyur 12 provinsi di wilayah selatan Thailand.
Korban tewas terbanyak ada di Provinsi Songkhla, yakni mencapai 131 orang. Hat Yai, kota terbesar di Songkhla, dilanda curah hujan 335 mm pada Jumat pekan lalu, yang tercatat sebagai curah hujan tertinggi dalam satu hari selama 300 tahun terakhir.
Otoritas Thailand terus mengirimkan bantuan dan membersihkan kerusakan yang terjadi. Upaya penyaluran bantuan pemerintah mencakup kompensasi hingga 2 juta Baht untuk keluarga yang kehilangan orang tercinta mereka. Ada juga bantuan tambahan lainnya, termasuk penangguhan utang dan pinjaman jangka pendek tanpa bunga untuk usaha dan perbaikan rumah.
Namun skala banjir yang meluas dan tingginya korban jiwa memicu kritikan tajam terhadap pemerintah. Setidaknya dua pejabat lokal Thailand telah dinonaktifkan atas dugaan kegagalan mereka menangani banjir.
Anutin, yang berkunjung ke area-area terdampak banjir, termasuk Hat Yai pada akhir pekan, mengakui kekurangan pemerintah dalam penanggulangan banjir dan berjanji untuk melakukan perbaikan.
Anutin juga meminta maaf kepada masyarakat “karena pemerintah tidak mampu mengurus dan melindungi mereka”.
Selama kunjungannya ke area terdampak banjir, Anutin didatangi banyak warga setempat yang meluapkan keluh kesah dan kemarahan mereka soal tidak efektifnya dan kesalahan penanganan krisis oleh pemerintah Thailand. Anutin mengatakan bahwa pemerintah harus selalu mendengarkan rakyat.
“Siapa pun pasti akan marah. Kita harus menerimanya karena kesalahan terjadi dalam situasi seperti ini. Kita harus membiarkan orang-orang melampiaskan kekesalan dan meminta maaf kepada mereka,” kata Anutin kepada wartawan, seperti dilansir media lokal Thai PBS.
“Kita harus meminta maaf karena telah memaksa orang-orang meninggalkan rumah-rumah mereka dan hidup seperti ini. Apa pun masalahnya, kita harus mengakui bahwa kesalahan telah terjadi, tetapi kita tidak boleh membiarkan kesalahan terulang atau lebih buruk lagi. Kita harus pulih,” ucapnya.
Selama kunjungannya ke area terdampak banjir, Anutin didatangi banyak warga setempat yang meluapkan keluh kesah dan kemarahan mereka soal tidak efektifnya dan kesalahan penanganan krisis oleh pemerintah Thailand. Anutin mengatakan bahwa pemerintah harus selalu mendengarkan rakyat.
“Siapa pun pasti akan marah. Kita harus menerimanya karena kesalahan terjadi dalam situasi seperti ini. Kita harus membiarkan orang-orang melampiaskan kekesalan dan meminta maaf kepada mereka,” kata Anutin kepada wartawan, seperti dilansir media lokal Thai PBS.
“Kita harus meminta maaf karena telah memaksa orang-orang meninggalkan rumah-rumah mereka dan hidup seperti ini. Apa pun masalahnya, kita harus mengakui bahwa kesalahan telah terjadi, tetapi kita tidak boleh membiarkan kesalahan terulang atau lebih buruk lagi. Kita harus pulih,” ucapnya.
