Bagi Rivaldi Pranata, baju bekas ibarat emas, punya nilai lebih untuk mereka yang tahu cara merawat dan menghargainya. Pandangan inilah yang membuat keseharian Aldy berbeda dari kebanyakan orang. Setiap Senin hingga Sabtu, ia sibuk memantau proses pengumpulan, penyortiran, hingga penjualan baju-baju bekas yang didonasikan dari seantero Indonesia.
Jumlah donasi baju yang diterimanya juga tak main-main, bisa mencapai 150 kg setiap hari. Meski melelahkan, Aldy dan timnya mengaku tak keberatan. Sebab, baju-baju inilah yang nantinya mendanai pendidikan anak-anak anak-anak marginal, yatim, dan dhuafa.
Aldy adalah penanggung jawab program Clothes for Charity, sebuah inisiatif donasi pakaian yang berada di bawah naungan Yayasan Gemilang Indonesia, yakni lembaga yang bergerak di bidang pendidikan.
“Saya ingat ada kata, khoirunnas anfauhum linnas, sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Waktu itu saya berpikir, bagaimana saya mengamalkan hadits ini? Karena saya orangnya itu suka yang kegiatan, jadi ya akhirnya saya cari volunteering, ketemulah di Clothes for Charity,” kenang Aldy di program Sosok infocom.
Bersama rekan-rekannya di Clothes for Charity, Aldy tak hanya berjibaku dalam pengepulan dan penjualan baju bekas. Ia juga belajar tentang lingkungan, khususnya mengenai limbah tekstil akibat tren fast fashion.
“Karena yang kita tahu, limbah tekstil itu salah satu limbah terbesar selain limbah plastik, sampah, dan lain sebagainya. Daripada dia buang pakaian tidak dipakai lagi, lebih baik kita berikan pada orang lain, atau dijual kembali. Yang mana masa pakai pakaian itu bisa lebih panjang lagi,” ucap Aldy.
Aldy mengaku kini sudah tak ada kendala berarti. Segala pahit manis telah ia alami bersama Clothes for Charity, mulai dari berjualan baju bekas di lapak hingga diintimidasi preman-preman lokal. Meski tak selalu mudah, Aldy menganggap semua itu adalah pelajaran berharga yang membuatnya lebih peka terhadap dinamika kehidupan dan bermasyarakat.
“Saya selalu menekankan, ini lho hasil dari CFC (Clothes for Charity) itu bisa buat beasiswa bagi anak-anak didik kita. Buat yayasan kita, gitu. Mungkin teman-teman merasa bosan, karena selalu melihat barang ‘gombalan’. Tapi, teman-teman, itu adalah emas. Emas bagi anak-anak didik kita. Jadi tetap, anak-anak didik ini menjadi support saya, sebagai pendorong saya, untuk tetap bertahan di Clothes for Charity ini. Selain menjaga kelestarian lingkungan kita,” tutur Aldy.
Aldy boleh berbangga, hasil kerja tim Clothes for Charity telah mendanai pendidikan lebih dari 300 anak setiap bulan. Beberapa anak binaannya bahkan bisa sekolah hingga jenjang perguruan tinggi.
Meski demikian, pekerjaan rumah Aldy belum selesai. Ia masih ingin terus meningkatkan sistem pengelolaan donasi baju bekas di Clothes for Charity. Selain itu, ia juga berharap untuk memperluas jangkauan Clothes for Charity, agar manfaatnya dapat dirasakan oleh lebih banyak orang.
“Di dalam Al-Quran juga kan, fastabiqul khairat, maksudnya, berlomba-lomba dalam kebaikan. Alhamdulillah di Gemilang Indonesia ini kita dalam kebaikan juga, ya kita berlomba-lomba. Rencana ke depan, untuk tim Clothes for Charity, mungkin kita tetap mengajak para donatur yang mau berdonasi pada kita, jadilah teman untuk kebaikan bagi orang-orang yang membutuhkan. Mungkin kita saat ini ada dua cabang. Semoga kedepannya kita bisa lebih banyak ada cabang lagi,” jelas Aldy.