Perseteruan panjang antara dan berakhir dengan kesepakatan damai yang ditandatangani di Gedung Putih, Amerika Serikat pada Jumat (8/8) waktu setempat. Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menandatangani kesepakatan damai yang dimediasi AS tersebut.
mengatakan bahwa Armenia dan Azerbaijan telah berkomitmen untuk perdamaian abadi setelah konflik selama beberapa dekade. Kesepakatan damai ini disambut baik oleh Iran dan negara-negara Barat.
Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (9/8/2025), Pashinyan dan Aliyev mengatakan bahwa mediasi Trump tersebut seharusnya memberinya Hadiah Nobel Perdamaian — sebuah penghargaan yang telah lama diincar oleh pemimpin AS tersebut.
Kedua bekas republik Uni Soviet tersebut “berkomitmen untuk menghentikan semua pertempuran selamanya, membuka perdagangan, perjalanan, dan hubungan diplomatik, serta saling menghormati kedaulatan dan integritas teritorial,” ujar Trump dalam acara penandatanganan di Gedung Putih.
Kedua pemimpin akan memiliki “hubungan yang hebat,” kata Trump.
“Tetapi jika terjadi konflik… mereka akan menghubungi saya dan kami akan menyelesaikannya,” katanya.
Para pemimpin berjabat tangan di bawah tatapan puas Trump, sebelum ketiganya menandatangani dokumen yang disebut Gedung Putih sebagai “deklarasi bersama.”
Aliyev memuji “tanda tangan bersejarah” antara dua “negara yang berperang selama lebih dari tiga dekade.”
“Hari ini kita membangun perdamaian di Kaukasus,” ujarnya.
Armenia yang mayoritas penduduknya Kristen dan Azerbaijan yang mayoritas penduduknya Muslim, telah berseteru selama beberapa dekade mengenai perbatasan mereka dan status enklave etnis di wilayah masing-masing.
Mereka berperang dua kali memperebutkan wilayah Karabakh yang disengketakan, yang direbut kembali Azerbaijan dari pasukan Armenia dalam serangan kilat pada tahun 2023, yang memicu eksodus lebih dari 100.000 etnis Armenia.
Aliyev menawarkan untuk mengirimkan permohonan bersama, bersama Pashinyan, kepada komite Nobel, yang merekomendasikan Trump untuk menerima Hadiah Perdamaian.
“Siapa, kalau bukan Presiden Trump, yang pantas menerima Hadiah Nobel Perdamaian?” tanyanya.
Aliyev juga berterima kasih kepada Trump atas pencabutan pembatasan kerja sama militer AS dengan Azerbaijan, yang diumumkan pada hari Jumat.
Pashinyan mengatakan “perjanjian damai ini akan membuka jalan untuk mengakhiri konflik puluhan tahun antara negara kita dan membuka era baru.”
Pemimpin Armenia tersebut mengatakan “terobosan” ini tidak akan mungkin terjadi tanpa Trump, sang “pembawa perdamaian”.
“Hari ini, kita dapat mengatakan bahwa perdamaian telah tercapai,” ujar Pashinyan dalam konferensi pers setelah penandatanganan kesepakatan.
Kesepakatan tersebut mencakup pembentukan koridor transit yang melewati Armenia untuk menghubungkan Azerbaijan dengan eksklavenya, Nakhchivan, sebuah tuntutan lama pemerintah Azerbaijan.
Amerika Serikat akan memiliki hak pengembangan untuk koridor tersebut — yang dijuluki “Rute Trump untuk Perdamaian dan Kemakmuran Internasional” — di wilayah strategis dan kaya sumber daya tersebut.
“Hari ini kita membangun perdamaian di Kaukasus,” ujarnya.
Armenia yang mayoritas penduduknya Kristen dan Azerbaijan yang mayoritas penduduknya Muslim, telah berseteru selama beberapa dekade mengenai perbatasan mereka dan status enklave etnis di wilayah masing-masing.
Mereka berperang dua kali memperebutkan wilayah Karabakh yang disengketakan, yang direbut kembali Azerbaijan dari pasukan Armenia dalam serangan kilat pada tahun 2023, yang memicu eksodus lebih dari 100.000 etnis Armenia.
Aliyev menawarkan untuk mengirimkan permohonan bersama, bersama Pashinyan, kepada komite Nobel, yang merekomendasikan Trump untuk menerima Hadiah Perdamaian.
“Siapa, kalau bukan Presiden Trump, yang pantas menerima Hadiah Nobel Perdamaian?” tanyanya.
Aliyev juga berterima kasih kepada Trump atas pencabutan pembatasan kerja sama militer AS dengan Azerbaijan, yang diumumkan pada hari Jumat.
Pashinyan mengatakan “perjanjian damai ini akan membuka jalan untuk mengakhiri konflik puluhan tahun antara negara kita dan membuka era baru.”
Pemimpin Armenia tersebut mengatakan “terobosan” ini tidak akan mungkin terjadi tanpa Trump, sang “pembawa perdamaian”.
“Hari ini, kita dapat mengatakan bahwa perdamaian telah tercapai,” ujar Pashinyan dalam konferensi pers setelah penandatanganan kesepakatan.
Kesepakatan tersebut mencakup pembentukan koridor transit yang melewati Armenia untuk menghubungkan Azerbaijan dengan eksklavenya, Nakhchivan, sebuah tuntutan lama pemerintah Azerbaijan.
Amerika Serikat akan memiliki hak pengembangan untuk koridor tersebut — yang dijuluki “Rute Trump untuk Perdamaian dan Kemakmuran Internasional” — di wilayah strategis dan kaya sumber daya tersebut.