Asah Keterampilan PERIKHSA 2025: Memantapkan Kepemilikan Senjata Api yang Bertanggung Jawab

Posted on

Ketua Umum Perkumpulan Pemilik Izin Khusus Senjata Api Bela Diri Indonesia (PERIKHSA) Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengapresiasi digelarnya Lomba Asah Keterampilan PERIKHSA 2025 yang diadakan di Denpasar, Bali.

Asah Keterampilan PERIKHSA 2025 bukan hanya menjadi ajang pelatihan keterampilan menembak dan bela diri, tetapi juga membentuk kesadaran kolektif tentang pentingnya kepemilikan senjata api yang bertanggung jawab, beretika, dan berlandaskan semangat bela negara.

“Kegiatan ini merupakan bentuk konkret dari tanggung jawab moral dan hukum yang melekat pada setiap pemilik izin khusus senjata api bela diri. Memiliki senjata api bukan sekadar soal hak, tetapi lebih pada komitmen untuk menjadi bagian dari kekuatan sipil yang tertib, siaga, dan terlatih sebagai komponen cadangan bela negara dalam menjaga keamanan pribadi serta lingkungan sekitarnya,” ujar Bamsoet, dalam keterangannya, Minggu (27/7/2025).

Hal tersebut ia sampaikan saat membuka Asah Keterampilan PERIKHSA 2025 di Denpasar Bali, Sabtu (26/7). Bamsoet menjelaskan Asah Keterampilan PERIKHSA menjadi pilar penting dalam membangun budaya kepemilikan senjata yang modern, beretika, dan berlandaskan pada asas keselamatan serta hukum.

Dengan jumlah pemilik izin khusus senjata api bela diri yang diperkirakan mencapai 27 ribu orang di Indonesia, kegiatan ini menjadi kunci untuk membangun standar tunggal dalam kemampuan teknis, kontrol emosi, serta pengambilan keputusan taktis dalam situasi darurat.

Menurut Bamsoet, namun dari total jumlah tersebut, baru sekitar 500 orang yang secara aktif tergabung dalam PERIKHSA.

“Kondisi ini menunjukkan masih adanya kesenjangan serius antara kepemilikan dan pembinaan, yang harus dijembatani dengan pendekatan sistematis dan inklusif,” kata Ketua DPR ke-20 tersebut.

Bamsoet memaparkan kegiatan Asah Keterampilan PERIKHSA 2025 dirancang dengan pendekatan realistis berbasis kejadian kriminalitas yang marak terjadi di masyarakat. Delapan stage asah keterampilan yang diterapkan bukan sekadar variasi gaya menembak, melainkan simulasi situasi nyata yang memaksa peserta untuk berpikir taktis, tenang, dan efisien dalam pengambilan keputusan.

Mulai dari simulasi perampokan dalam rumah dengan posisi tidur, perampokan ATM, cafe, kantor hingga penembakan dari dalam kendaraan.Setiap sesi dirancang untuk melatih respons cepat, akurat, dan aman. Bamsoet menyebut peserta juga dilatih menembak sambil melindungi anggota keluarga dalam format body system.

“Sebuah pendekatan yang menggambarkan bagaimana anggota PERIKHSA harus mampu bertindak cepat dan tepat saat menghadapi situasi mendesak. Kita bukan membentuk penembak jitu, tetapi pribadi yang mampu menjaga keselamatan dirinya dan orang-orang tercinta dalam koridor hukum dan keselamatan,” urai Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu.

Bamsoet mengajak seluruh pemilik izin senjata api bela diri di Indonesia untuk tidak hanya berhenti pada tahap perizinan administratif. Keanggotaan aktif di PERIKHSA adalah bentuk komitmen terhadap pelatihan berkelanjutan, pembinaan karakter, serta partisipasi dalam membangun budaya senjata api yang aman dan sesuai koridor hukum.

Jika tidak diimbangi dengan pengetahuan, etika, dan pelatihan, maka akan menciptakan lebih banyak bahaya daripada perlindungan. Bamsoet menyebut senjata api bukan alat untuk berkuasa atau menakuti, melainkan salah satu bentuk dari hak membela diri.

“Melalui PERIKHSA, kita ingin menciptakan pemilik senjata api bela diri yang tidak hanya ahli dalam menembak, tetapi juga unggul dalam berpikir, bertindak, dan mengendalikan diri,” kata Bamsoet.

Kompetisi