yang berkeliaran di jalanan Jakarta Selatan membuat warga heboh. Lantas dari mana asal-usul babi tersebut?
Dari video yang beredar seperti dilihat infocom, terlihat babi hutan tersebut berlarian di jalan. Beberapa warga tampak merekam dan mengejarnya.
Salah seorang warga di lokasi mengatakan babi tersebut sempat tertabrak Fortuner. Babi hutan itu lalu lari ke salah satu pekarangan rumah. Warga tampak langsung menutup gerbang rumah itu agar babi hutan tak kembali berkeliaran di jalan.
“Babi ngepet kali ya itu, tadi ditubruk Fortuner itu,” ujar perekam video.
Keberadaan babi hutan itu pun jadi perbincangan publik. Lalu, dari mana datangnya babi hutan tersebut?
“Sebelumnya memang punya Pejaten Shelter. Itu babi hutan. Bukan untuk diternakkan,” kata Irawati kepada wartawan, Senin (16/6/2025).
Ira mengatakan babi hutan tersebut saat ini sudah dievakuasi. Babi hutan itu sudah dibawa ke luar Jakarta untuk dilepaskan ke alam liar.
“Tapi sekarang sudah tidak ada lagi karena sudah dibawa keluar Jakarta dan dilepaskan ke habitatnya,” imbuhnya.
“Jakarta tidak melarang (peternakan babi), tapi memang tidak ada yang beternak,” lanjut Ira.
Maka itu, dipastikan pihaknya sudah berizin kepada Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Jakarta Selatan yang telah bermitra dengannya selama 14 tahun.
“Izinnya aman, nggak ada istilah legal-nggak legal sebetulnya. Kan nggak ada penampungan gelap. Ini binatang semua kita steril,” ucap Susana.
Susana mengakui babi yang kabur ke permukiman warga pada Sabtu (14/6) berasal dari Pejaten Shelter. Dia memastikan akan mengebiri atau sterilisasi babi yang kabur untuk mencegah berkembang biak dan tidak meresahkan warga sekitar.
“Saya lagi mencoba mensteril babi untuk nggak berkembang biak. Itu juga sudah dipikirkan,” kata Susana.
Dia mengatakan ada delapan babi hutan yang ditampung di shelter itu sejak lima tahun lalu. Babi-babi itu disteril di Bandung, Jawa Barat, karena di Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Jakarta Selatan belum tersedia steril babi.
Kondisi babi yang sebelumnya pingsan saat ini sudah bangun dan kembali ke penampungan. “Sudah bangun, sudah disuntik, sudah dioksigen, sudah diberikan lampu supaya hangat,” katanya.
Susana juga berharap ada pemilik lahan yang mau bekerja sama untuk membuat kebun binatang mini ataupun pusat edukasi. Dia mengatakan pihaknya telah menampung banyak hewan liar, mulai babi hutan, anjing, kucing, hingga monyet, yang diharapkan ada pihak lain untuk mampu mengelola.
“Melalui media, saya mau nanya barangkali ada pemirsa yang punya lahan mau kerja sama untuk bikin kebun binatang mini,” ujarnya.
Dia menegaskan bukan kolektor hewan tapi murni peduli terhadap hewan liar di jalanan yang tak berpemilik. Pejaten Shelter menjalin mitra dengan Suku Dinas KPKP Jaksel untuk menampung hewan liar.
“Saya bukan animal collector. Saya bukan kolektor binatang,” ujarnya.
Babi Hutan Milik Shelter
Babi Hutan Bakal Dikebiri
“Sebelumnya memang punya Pejaten Shelter. Itu babi hutan. Bukan untuk diternakkan,” kata Irawati kepada wartawan, Senin (16/6/2025).
Ira mengatakan babi hutan tersebut saat ini sudah dievakuasi. Babi hutan itu sudah dibawa ke luar Jakarta untuk dilepaskan ke alam liar.
“Tapi sekarang sudah tidak ada lagi karena sudah dibawa keluar Jakarta dan dilepaskan ke habitatnya,” imbuhnya.
“Jakarta tidak melarang (peternakan babi), tapi memang tidak ada yang beternak,” lanjut Ira.
Babi Hutan Milik Shelter
Maka itu, dipastikan pihaknya sudah berizin kepada Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Jakarta Selatan yang telah bermitra dengannya selama 14 tahun.
“Izinnya aman, nggak ada istilah legal-nggak legal sebetulnya. Kan nggak ada penampungan gelap. Ini binatang semua kita steril,” ucap Susana.
Susana mengakui babi yang kabur ke permukiman warga pada Sabtu (14/6) berasal dari Pejaten Shelter. Dia memastikan akan mengebiri atau sterilisasi babi yang kabur untuk mencegah berkembang biak dan tidak meresahkan warga sekitar.
“Saya lagi mencoba mensteril babi untuk nggak berkembang biak. Itu juga sudah dipikirkan,” kata Susana.
Dia mengatakan ada delapan babi hutan yang ditampung di shelter itu sejak lima tahun lalu. Babi-babi itu disteril di Bandung, Jawa Barat, karena di Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Jakarta Selatan belum tersedia steril babi.
Kondisi babi yang sebelumnya pingsan saat ini sudah bangun dan kembali ke penampungan. “Sudah bangun, sudah disuntik, sudah dioksigen, sudah diberikan lampu supaya hangat,” katanya.
Susana juga berharap ada pemilik lahan yang mau bekerja sama untuk membuat kebun binatang mini ataupun pusat edukasi. Dia mengatakan pihaknya telah menampung banyak hewan liar, mulai babi hutan, anjing, kucing, hingga monyet, yang diharapkan ada pihak lain untuk mampu mengelola.
“Melalui media, saya mau nanya barangkali ada pemirsa yang punya lahan mau kerja sama untuk bikin kebun binatang mini,” ujarnya.
Dia menegaskan bukan kolektor hewan tapi murni peduli terhadap hewan liar di jalanan yang tak berpemilik. Pejaten Shelter menjalin mitra dengan Suku Dinas KPKP Jaksel untuk menampung hewan liar.
“Saya bukan animal collector. Saya bukan kolektor binatang,” ujarnya.