Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah () mengumumkan rekapitulasi hasil tes kompetensi akademik () 2025. Kemendikdasmen menyebut bahasa Inggris dan matematika menjadi mata pelajaran yang rata-rata nilainya paling rendah.
Hasil TKA ini menjadi sorotan dari Komisi bidang pendidikan DPR RI. Komisi X DPR pun memberikan sejumlah catatan untuk perbaikan.
Dirangkum infocom, Jumat (26/12/2025), adapun mata pelajaran wajib TKA terdiri atas bahasa Indonesia, matematika, dan bahasa Inggris. Bahasa Inggris menjadi mapel wajib dengan rerata nilai paling jeblok dibandingkan matematika dan bahasa Indonesia.
Dalam data capaian nasional, rerata nilai bahasa Inggris wajib hanya 24,93 dari 3.509.688 siswa. Kemudian, rerata nilai matematika wajib 36,10 dari 3.489.148 siswa, dan rerata bahasa Indonesia 55,38 dari 3.477.893 siswa.
Begitu juga dalam rerata nilai TKA berdasarkan jenjang SMA atau SMK. Untuk TKA di jenjang SMA nilai rerata TKA bahasa Indonesia (57,39), matematika (37,23), dan bahasa Inggris (26,71). Kemudian untuk jenjang SMK nilai rerata TKA bahasa Indonesia (53,62), matematika (34,74), dan bahasa Inggris (22,55).
Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menanggapi rendahnya nilai TKA bahasa Inggris dan matematika siswa di RI. Hetifah menilai hasil tersebut tak sepenuhnya lantaran kelemahan siswa.
“Rendahnya nilai TKA bahasa Inggris dan matematika, menurut saya perlu dilihat sebagai peringatan bahwa ada persoalan struktural dalam pembelajaran, bukan semata kelemahan siswa,” kata Hetifah kepada wartawan, Kamis (25/12).
Hetifah menyebut hasil tersebut berkaitan dengan kualitas pemerataan guru hingga metode ajar yang belum kontekstual. Ia menilai penggunaan bahasa Inggris yang minim dalam keseharian juga menjadi pemicu.
“Ini berkaitan dengan kualitas dan pemerataan guru, metode ajar yang masih kurang kontekstual, serta minimnya paparan Bahasa Inggris dalam keseharian belajar. Dalam konteks ini, TKA diperlukan sebagai alat yang mampu memeriksa kebijakan untuk memperbaiki proses belajar, bukan sekadar instrumen evaluasi hasil belajar saja,” ungkap Hetifah.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Komisi X DPR RI meminta Kemendikdasmen melakukan perbaikan kurikulum. Ia menyebut perlu ada pendekatan kualitas pembelajaran bagi siswa, tak sekadar beban asesmen semata.
“Komisi X DPR RI tentu akan mendorong Kemendikdasmen agar kebijakan pendidikan diarahkan pada penguatan kapasitas guru, perbaikan kurikulum dan materi ajar, serta intervensi berbasis di daerah dan mata pelajaran yang capaian belajarnya masih rendah, tapi pendekatannya fokus pada peningkatan kualitas pembelajaran, bukan penambahan beban asesmen bagi siswa,” ujar legislator Golkar tersebut.
“Memperkuat bahasa Inggris sebagai keterampilan global yang fungsional, dengan penekanan pada kemampuan komunikasi dan pemahaman konteks, dan tetap menjaga peran bahasa Indonesia dan bahasa daerah,” sambungnya.
Wakil Ketua Komisi X DPR Lalu Hadrian menilai rendahnya nilai TKA bahasa Inggris dan matematika menjadi peringatan serius dunia pendidikan. Lalu mengatakan nilai siswa yang jeblok di dua mata pelajaran itu bukan sekadar urusan angka.
“Rendahnya rerata nilai TKA bahasa Inggris dan matematika harus menjadi peringatan serius bagi dunia pendidikan. Hasil TKA tidak boleh sekadar dibaca sebagai angka, melainkan sebagai cerminan kualitas pembelajaran di sekolah,” kata Lalu kepada wartawan, Rabu (24/12).
Dia meminta ada evaluasi menyeluruh. Menurutnya, evaluasi diperlukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
“Oleh karena itu, TKA perlu menjadi bahan evaluasi menyeluruh, mulai dari kurikulum, metode pengajaran, kesiapan siswa, hingga kualitas dan dukungan terhadap guru. Evaluasi ini penting agar kebijakan pendidikan ke depan benar-benar berbasis data,” ujarnya.
Lalu mendorong ada program remedial terstruktur bagi siswa yang nilainya jeblok. Dia mengatakan orang tua dan pemerintah daerah harus terlibat.
“Siswa yang tertinggal perlu mendapat pendampingan dan program remedial yang terstruktur, dengan dukungan sekolah, pemerintah daerah, dan orang tua. Data TKA juga diharapkan dapat membantu pemerintah dan para guru untuk merancang intervensi yang lebih tepat sasaran, agar rerata nilai siswa ke depan bisa meningkat,” ucapnya.
Catatan dari Komisi X DPR
Dinilai Jadi Peringatan Serius
Komisi X DPR RI meminta Kemendikdasmen melakukan perbaikan kurikulum. Ia menyebut perlu ada pendekatan kualitas pembelajaran bagi siswa, tak sekadar beban asesmen semata.
“Komisi X DPR RI tentu akan mendorong Kemendikdasmen agar kebijakan pendidikan diarahkan pada penguatan kapasitas guru, perbaikan kurikulum dan materi ajar, serta intervensi berbasis di daerah dan mata pelajaran yang capaian belajarnya masih rendah, tapi pendekatannya fokus pada peningkatan kualitas pembelajaran, bukan penambahan beban asesmen bagi siswa,” ujar legislator Golkar tersebut.
“Memperkuat bahasa Inggris sebagai keterampilan global yang fungsional, dengan penekanan pada kemampuan komunikasi dan pemahaman konteks, dan tetap menjaga peran bahasa Indonesia dan bahasa daerah,” sambungnya.
Wakil Ketua Komisi X DPR Lalu Hadrian menilai rendahnya nilai TKA bahasa Inggris dan matematika menjadi peringatan serius dunia pendidikan. Lalu mengatakan nilai siswa yang jeblok di dua mata pelajaran itu bukan sekadar urusan angka.
“Rendahnya rerata nilai TKA bahasa Inggris dan matematika harus menjadi peringatan serius bagi dunia pendidikan. Hasil TKA tidak boleh sekadar dibaca sebagai angka, melainkan sebagai cerminan kualitas pembelajaran di sekolah,” kata Lalu kepada wartawan, Rabu (24/12).
Dia meminta ada evaluasi menyeluruh. Menurutnya, evaluasi diperlukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
“Oleh karena itu, TKA perlu menjadi bahan evaluasi menyeluruh, mulai dari kurikulum, metode pengajaran, kesiapan siswa, hingga kualitas dan dukungan terhadap guru. Evaluasi ini penting agar kebijakan pendidikan ke depan benar-benar berbasis data,” ujarnya.
Lalu mendorong ada program remedial terstruktur bagi siswa yang nilainya jeblok. Dia mengatakan orang tua dan pemerintah daerah harus terlibat.
“Siswa yang tertinggal perlu mendapat pendampingan dan program remedial yang terstruktur, dengan dukungan sekolah, pemerintah daerah, dan orang tua. Data TKA juga diharapkan dapat membantu pemerintah dan para guru untuk merancang intervensi yang lebih tepat sasaran, agar rerata nilai siswa ke depan bisa meningkat,” ucapnya.
