Antrean panjang di, Jakarta Selatan, menjadi kisah yang banyak dialami para pejuang rupiah di Jakarta. Menunggu berjam-jam menjadi harga yang harus dibayar saat situasi ‘apes’ itu terjadi.
Halte CSW menghubungkan TransJakarta dan MRT Jakarta melalui jembatan penyeberangan yang terintegrasi. Halte ini merupakan titik transit untuk beberapa rute TransJakarta, termasuk Koridor 13 (Ciledug-Tegal Mampang) dan Koridor 1 (Blok M-Kota).
Saat hujan deras mengguyur Jakarta, antrean panjang kerap terjadi di halte ini. Pun antrean horor bisa terjadi akibat proyek galian Jembatan Plawad 2 di Ciledug yang membuat jam operasional TransJakarta koridor 13 mengalami keterlambatan.
Jodi (42), salah satu warga Jakarta berbagi pengalaman saat mengalami antrean horor di Halte CSW. Tak tanggung-tanggung, ia mengaku pernah mengantre selama empat jam.
“(Antre) paling lama pernah jam 20.00 sampe jam 00.00 (baru) sampai Puri Beta. Jam 12 malem. Saat pembangunan awal tuh kan dia Puri Beta yang kedua, dia nurunin beko kan ya. Dari jam 20.00 start saya transit di sini (CSW), jam 00.00 saya turun di Puri Beta,” ujar Jodi ditemui di lokasi, Rabu (19/11/2025).
Saking geramnya, Jodi mengaku pernah beberpa kali melayangkan aduan ke Kementerian Pekerja Umum terkait pembangunan Jembatan Plawada 2 yang berimbas kepada antrean panjang di Halte CSW. Namun, aduan itu diakui Jodi tidak pernah direspons.
“Ya pastinya kalau di Instagram, mau kita complaint mau di-tag ke PUPR, nggak ada feedback juga. Mau gimana?” ungkap Jodi.
Kisah serupa dialami Astrid (41). Dia mengaku pernah terjebak antrean di Halte CSW selama tiga jam.
“Wah dari keluar dari MRT (ASEAN) aja udah mengular. Itu udah 2 jam sampe 3 jam lah. Iya (terjebak di sini) macet,” jelasnya.
Astrid mengenang pengalaman apesnya itu saat ia baru pulang kerja seharian. Lelah, kesal, disebutnya telah menjadi satu. Terlebih saat itu kondisi di Jakarta sedang hujan dan .
“Ya capek sih ya, lelah ya, apalagi kalau pulang kerja ya. Pokonya kaya kemaren tuh pas ujan deres kita bener-bener kaya ditahan dulu di bawah. Pernah sampe rumah sih jam 12 malem. (Keluar kantor) jam 5. Waktu itu lama banget sih sempet hujan juga sih banjir. Jadi itu Transjakarta-nya nggak bisa sampe sini, jadi kita nunggu,” ujarnya.
Astrid berharap ada perbaikan dari pihak Transjakarta. Ia menginginkan solusi agar tidak terjadi penumpukan di Halte CSW.
“Ya kayanya lebih ada prosedurnya lebih ditingkatin lagi sih. Biar gimana caranya biar kita nggak numpuk di sini. Entah armadanya ditambah atau gimana,” imbuhnya.
Warga lainnya juga datang dengan keluhan serupa. Luki, pemuda 29 tahun yang sehari-hari setia menggunakan armada TransJakarta untuk beraktivitas, mengaku stres saat terjebak antrean mengular di Halte CSW.
“Yah stres ya, tapi kaya mau gimana lagi. Kadang dulu aku kalau udah kaya saking padetnya, aku prefer keluar lagi. Jadi aku kaya makan dulu, atau ke mana dulu. Nanti kalau udah balik agak redaan baru pulang,” katanya.
Luki menyebut pernah mengantre hingga 1 jam lamanya. Namun, ia punya pilihan rute lain agar tidak terjebak di Halte CSW.
“Sejam kali ya. Tapi karena udah tau ini hujan nih. Ini pasti CSW udah kacau banget kan. Aku biasanya dari kantor, aku jalan ya kaya 1 kilo gitu. Aku naik dari Tirtayasa jadi ngga se-crowded di sini. Karena gila sih di sini. Antreannya bisa 3 (lantai). Antrenya dari tap-tap an mau masuk situ dan tiap lantai tuh antri,” terangnya.
Luki bahkan mengatakan dirinya pernah meminta diturunkan di tengah jalan oleh pengemudi Transjakarta. Ia menyebut lebih memilih cara ini agar terhindar dari macet.
“Dulu kan ada case yang kita kaya ‘pak kita turun di sini aja deh’ karena saking macetnya. Kadang beberapa ada driver yang bolehin kita turun di jalan, kita lebih prefer jalan kaki dibanding nunggu macet yang nggak tau kelarnya kapan itu,” tambahnya.
Jodi, Astrid, dan Luki adalah sebagian contoh kecil dari keluhan para pejuang rupiah di Jakarta yang pernah terjebak antrean horor di Halte CSW. Mereka, seperti masyarakat lainnya, tentu mengharapkan adanya respons dan perbaikan yang dilakukan pemangku kebijakan dalam mengatasi persoalan di Halte CSW ini.
Astrid mengenang pengalaman apesnya itu saat ia baru pulang kerja seharian. Lelah, kesal, disebutnya telah menjadi satu. Terlebih saat itu kondisi di Jakarta sedang hujan dan .
“Ya capek sih ya, lelah ya, apalagi kalau pulang kerja ya. Pokonya kaya kemaren tuh pas ujan deres kita bener-bener kaya ditahan dulu di bawah. Pernah sampe rumah sih jam 12 malem. (Keluar kantor) jam 5. Waktu itu lama banget sih sempet hujan juga sih banjir. Jadi itu Transjakarta-nya nggak bisa sampe sini, jadi kita nunggu,” ujarnya.
Astrid berharap ada perbaikan dari pihak Transjakarta. Ia menginginkan solusi agar tidak terjadi penumpukan di Halte CSW.
“Ya kayanya lebih ada prosedurnya lebih ditingkatin lagi sih. Biar gimana caranya biar kita nggak numpuk di sini. Entah armadanya ditambah atau gimana,” imbuhnya.
Warga lainnya juga datang dengan keluhan serupa. Luki, pemuda 29 tahun yang sehari-hari setia menggunakan armada TransJakarta untuk beraktivitas, mengaku stres saat terjebak antrean mengular di Halte CSW.
“Yah stres ya, tapi kaya mau gimana lagi. Kadang dulu aku kalau udah kaya saking padetnya, aku prefer keluar lagi. Jadi aku kaya makan dulu, atau ke mana dulu. Nanti kalau udah balik agak redaan baru pulang,” katanya.
Luki menyebut pernah mengantre hingga 1 jam lamanya. Namun, ia punya pilihan rute lain agar tidak terjebak di Halte CSW.
“Sejam kali ya. Tapi karena udah tau ini hujan nih. Ini pasti CSW udah kacau banget kan. Aku biasanya dari kantor, aku jalan ya kaya 1 kilo gitu. Aku naik dari Tirtayasa jadi ngga se-crowded di sini. Karena gila sih di sini. Antreannya bisa 3 (lantai). Antrenya dari tap-tap an mau masuk situ dan tiap lantai tuh antri,” terangnya.
Luki bahkan mengatakan dirinya pernah meminta diturunkan di tengah jalan oleh pengemudi Transjakarta. Ia menyebut lebih memilih cara ini agar terhindar dari macet.
“Dulu kan ada case yang kita kaya ‘pak kita turun di sini aja deh’ karena saking macetnya. Kadang beberapa ada driver yang bolehin kita turun di jalan, kita lebih prefer jalan kaki dibanding nunggu macet yang nggak tau kelarnya kapan itu,” tambahnya.
Jodi, Astrid, dan Luki adalah sebagian contoh kecil dari keluhan para pejuang rupiah di Jakarta yang pernah terjebak antrean horor di Halte CSW. Mereka, seperti masyarakat lainnya, tentu mengharapkan adanya respons dan perbaikan yang dilakukan pemangku kebijakan dalam mengatasi persoalan di Halte CSW ini.







