Chile dan Google menandatangani sebuah perjanjian bersejarah, untuk memasang kabel serat optik bawah laut pertama yang menghubungkan Amerika Selatan, Asia, dan Oseania Rabu /04/06). Proyek ini dijadwalkan rampung pada tahun 2027.
Dalam upacara penandatanganan di Santiago, Menteri Luar Negeri Chile Alberto van Klaveren berkata: “Kabel ini bukan hanya memenuhi kebutuhan teknis semata, tetapi juga merupakan sebuah taruhan pada ketahanan, diversifikasi jalur digital, serta pembukaan peluang baru bagi kolaborasi internasional.”
Chile saat ini terhubung ke AS dan benua lain melalui kabel bawah laut. Inisiatif baru ini, yang disebut “Proyek Humboldt,” diharapkan dapat memberikan alternatif konektivitas jaringan internet yang lebih cepat.
Tidak hanya Chile, negara-negara Amerika Selatan lainnya seperti Argentina, Paraguay, dan Brasil juga diperkirakan akan memetik manfaat dari inisiatif ini.
Rencana pembangunan kabel sepanjang 14.800 kilometer dari Valparaiso di pantai barat Chile menuju Sydney di Australia, melewati French Polynesia, menjadi langkah ambisius yang disambut dengan antusias.
Cristian Ramos, Direktur Infrastruktur Telekomunikasi untuk Amerika Latin di Alphabet, perusahaan induk Google, menjelaskan, “Ide membangun kabel ini adalah agar tidak hanya Google yang dapat menggunakannya, tetapi juga pengguna lain, seperti perusahaan teknologi yang beroperasi di Chile.”
Kerja sama ini pertama kali diumumkan pada Januari 2024, dengan kapasitas transmisi kabel mencapai 144 terabyte per info, dan masa pakai diperkirakan hingga 25 tahun.
Menteri Telekomunikasi Chile, Juan Carlos Munoz, menambahkan, “Kabel baru ini juga akan mengurangi jeda waktu antara pengiriman dan penerimaan sinyal, yang akan membawa perbedaan besar terutama di bidang telemedicine.”
Google telah menginvestasikan dana antara 300 hingga 550 juta dolar Amerika Serikat, sementara pemerintah Chile berkomitmen memberikan kontribusi sebesar 25 juta dolar untuk proyek tersebut.
*Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih
Editor: Agus Setiawan