Kementerian Sosial melalui program Sekolah Rakyat memberikan kesempatan bagi anak-anak kurang mampu untuk mendapatkan pendidikan layak. Salah satunya Jumaroh, siswi Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 13 Bekasi.
Siswi yang biasa membantu ibunya memulung sampah di Bantargebang itu kini bercita-cita menjadi ilmuwan biologi agar bisa mengubah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
“Aku bantu milih sampah di rumah seperti botol-botol, beling-belingan, kardus, sandal, jadi dipisah-pisah karung,” kata Jumaroh dalam keterangannya, Kamis (30/10/2025).
Ia menceritakan biasanya ibunya mulai memulung sejak subuh. Ibunya pulang untuk beristirahat pukul 12 siang. Lalu berangkat kembali memulung pada sore hari.
“Biasanya sehari setengah karung doang. Kita jual kotor aja, dipisahin, kita langsung jual ke tukang jual dengan timbangan,” jelas Jumaroh.
Seharian memulung sampah, ia mengatakan biasanya membawa 4 karung sampah tiap pekan ke pengepul. Pendapatan ibunya Rp200 ribu per minggu. Adapun pemasukan ayahnya sebagai penjaga warung kelontong juga tak menentu.
“Bapakku kadang sehari Rp70 ribu,” imbuh Jumaroh.
Kesibukan orang tuanya mencari nafkah untuk keluarga tercinta, mengharuskan mereka makan hanya 2 kali dalam sehari. Pagi hari, ibu Jumaroh hanya sempat memasak nasi. Jumaroh yang biasanya membantu memasak lauk untuk ayah dan kakaknya.
“Mamaku kadang pagi masak nasi doang, terus kalua malam baru masak. Makan dua kali, tapi pagi nggak ada lauknya,” katanya.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Hidup Jumaroh berubah drastis saat menjadi siswa Sekolah Rakyat. Di Sekolah Rakyat, ia tak harus memilah sampah lagi, tapi fokus belajar dan mendalami hobinya pencak silat. Bahkan ia juga makan teratur 3 kali sehari dengan 2 kali snack.
“Dari tata makan teratur banget dan bergizi,” ungkapnya.
Lalu, Jumaroh juga merasa hidupnya lebih disiplin karena memiliki jadwal rutin. Sementara, di rumahnya, ia beraktivitas sesuka hatinya saja.
“Kalau di rumah kadang kan suka males-malesan gitu, tapi kalau di sini aku enggak bisa males-malesan,” katanya.
Tak hanya itu, sebelumnya Jumaroh tak memiliki meja belajar di rumah. Kini, ia memiliki meja belajar sendiri di asrama. Pindah ke asrama, ia mengakui langsung mampu beradaptasi dan betah.
“Aku orangnya cepat beradaptasi,” tutur Jumaroh.
Bersekolah di Sekolah Rakyat, ia sangat menyukai pelajaran Biologi dan PJOK. Ia suka PJOK karena suka olahraga dan bela diri. Bahkan dirinya pernah mengikuti kejuaraan Pencak Silat.
“Aku juara 1 Indonesia Student Sport Championship Tahun 2023 dan juara dua Bekasi Challenge Tahun 2023,” kata Jumaroh.
Harapan membumbung lewat Sekolah Rakyat, sebab ia bercita-cita menjadi ilmuwan biologi. Sebab, Jumaroh ingin meneliti sampah di Bantargebang menjadi suatu yang bermanfaat.
“Supaya sampah di Bantargebang bukan menjadi suatu hal yang menjijikkan tapi hal yang membanggakan,” harapnya.
Jumaroh bersemangat pindah dari rumah ke asrama Sekolah Rakyat agar tak menjadi beban bagi orang tuanya. “Aku mau ngebanggain orang tuaku pakai jalur prestasi di sini,” pungkasnya.
Bersekolah di Sekolah Rakyat, ia sangat menyukai pelajaran Biologi dan PJOK. Ia suka PJOK karena suka olahraga dan bela diri. bahkan dirinya pernah mengikuti kejuaraan Pencak Silat.
“Aku juara 1 Indonesia Student Sport Championship Tahun 2023 dan juara dua Bekasi Challenge Tahun 2023,” kata Jumaroh.
Harapan membumbung lewat Sekolah Rakyat, sebab ia bercita-cita menjadi ilmuwan biologi. Sebab, Jumaroh ingin meneliti sampah di Bantargebang menjadi suatu yang bermanfaat.
“Supaya sampah di Bantargebang bukan menjadi suatu hal yang menjijikkan tapi hal yang membanggakan,” harapnya.
Jumaroh bersemangat pindah dari rumah ke asrama Sekolah Rakyat agar tak menjadi beban bagi orang tuanya. “Aku mau ngebanggain orang tuaku pakai jalur prestasi di sini,” pungkasnya.
