Di Forum BRICS, AHY Beberkan Kunci Ketahanan Kota yang Berkeadilan

Posted on

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menegaskan jika perumahan tidak hanya menjadi titik awal dalam strategi adaptasi iklim di kawasan perkotaan.

Namun perumahan juga kunci ketahanan kota, inklusi sosial dan pertumbuhan yang berkeadilan. Pernyataan itu disampaikannya pada sesi tematik dalam Forum Urbanisasi BRICS ke-4 yang digelar di Istana Itamaraty, Kementerian Luar Negeri Brasil.

“Membangun infrastruktur berkelanjutan itu perlu, tetapi belum cukup. Kita juga harus membangun kesempatan. Dan sedikit investasi yang mampu membuka kesempatan sebesar perumahan,” ujar AHY, dalam keterangan tertulis, Rabu (25/6/2025).

Menurut AHY, membangun infrastruktur berkelanjutan memang penting, tetapi tidak cukup. AHY menekankan pembangunan juga harus membuka kesempatan bagi masyarakat, terutama melalui investasi strategis di sektor perumahan.

AHY memaparkan dalam 10 tahun terakhir, bencana telah merusak lebih dari tujuh juta rumah di Indonesia, dengan 80% di antaranya disebabkan oleh banjir. Kerusakan tersebut tidak hanya berdampak pada kehilangan tempat tinggal, tetapi juga mengancam aspek-aspek penting dalam kehidupan warga.

“Setiap atap yang hilang bukan hanya berarti kehilangan tempat tinggal, tapi juga risiko terhadap kesehatan, mata pencaharian, dan pendidikan. Karena itulah adaptasi harus dimulai dari rumah, tempat di mana hari dimulai,” tegas AHY.

Sebagai respons terhadap tantangan tersebut, Pemerintah tengah menyusun Peta Jalan Perumahan Tangguh Nasional yang akan mencakup pondasi tahan banjir, sistem kelistrikan yang aman, atap penampung air hujan, akses sanitasi hingga pelindung alami seperti sabuk mangrove. Namun, AHY menegaskan bahwa ketahanan fisik saja tidak cukup.

Hunian harus terletak di lokasi yang strategis, dekat dengan jalur transportasi publik serta pusat aktivitas warga.

“Perumahan yang terjangkau harus terhubung dengan pekerjaan, sekolah, dan layanan publik melalui pengembangan berbasis transportasi massal (transit-oriented development). Adaptasi tidak boleh mendorong keluarga ke pinggiran. Adaptasi harus menempatkan mereka di pusat kesempatan,” tegas AHY.

Menutup pernyataannya, AHY menekankan perumahan harus menjadi bagian integral dari strategi kota yang inklusif dan tangguh terhadap perubahan iklim. Menurut AHY, perumahan harus menjadi lebih dari sekadar tempat tinggal.

“Ia harus menjadi garis depan ketahanan kota dan pondasi bagi pertumbuhan yang inklusif,” kata AHY.

Forum Urbanisasi BRICS ke-4 ini bertujuan memperkuat kerja sama antara negara-negara anggota dan mitra BRICS dalam bidang urbanisasi berkelanjutan. AHY hadir atas undangan langsung dari Menteri Perkotaan Brasil Jader Barbalho.

Sebagai informasi, BRICS merupakan kelompok ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan. Forum ini juga melibatkan sejumlah negara mitra seperti Indonesia, Mesir, Ethiopia, Nigeria, Bolivia, dan Kuba, dengan total partisipasi mencapai 72 anggota delegasi dari berbagai kawasan Global South.