Gedung Sasana Adirasa Dimanfaatkan Kembali Jadi Ruang Ekspresi Spiritual

Posted on

Kementerian Kebudayaan bekerja sama dengan Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menyelenggarakan prosesi Ruwatan Gedung Sasana Adirasa. Gedung ini sebelumnya sempat terbengkalai kurang lebih 5 tahun pasca pandemi COVID-19.

Prosesi ini menandakan pemanfaatan kembali gedung Sasana Adirasa sebagai ruang ekspresi spiritual bagi para penghayat kepercayaan. Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menuturkan pemanfaatan kembali gedung Sasana Adirasa diharapkan dapat menjadi pusat kegiatan bagi para penghayat kepercayaan.

“Sebelumnya telah dilaksanakan MoU antara pihak TMII dengan MLKI terkait pemanfaatan kembali gedung ini. Tentu kami mengapresiasi hal tersebut dan berharap MoU yang sudah disepakati ini dapat menjadi pijakan awal bagi Gedung Adirasa yang berguna sebagai ruang ekspresi bagi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan spiritualitas budaya,” ungkap Fadli Zon dalam keterangan tertulis, Selasa (22/7/2025).

Sebagai informasi, Ruwatan menjadi bagian dari tradisi spiritual yang bertujuan untuk membersihkan dan menyucikan ruang yang dianggap sakral dan memiliki nilai simbolis bagi masyarakat penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Selain Ruwatan, diselenggarakan juga perenungan spiritual Malam Anggoro Kasih, sebuah perenungan rohani yang dilaksanakan setiap malam Selasa Kliwon berdasarkan penanggalan Jawa. Malam Anggoro Kasih diyakini sebagai waktu yang istimewa untuk membersihkan batin, merenungi makna kehidupan, serta mempererat hubungan spiritual dengan Sang Pencipta.

Lebih lanjut, Fadli Zon juga berharap, agar dapat lahir berbagai aktivitas dan kegiatan dari para penghayat kepercayaan, seperti halnya prosesi spiritual Malam Anggoro Kasih serta Ruwatan Gedung Sasana Adirasa yang dilaksanakan pada kesempatan kali ini.

“Malam Anggoro Kasih dan Upacara Ruwatan seperti ini tentu sangat kita dukung dan menjadi salah satu bagian dari kekayaan tradisi bangsa serta menjadi upaya dalam pemajuan kebudayaan. Budaya spiritual merupakan salah satu kekayaan budaya nasional dan harus dijaga keberlangsungan serta ekosistemnya,” katanya.

“Kami sebagai pemerintah berkomitmen untuk terus mendukung dan memfasilitasi berbagai kegiatan para penghayat kepercayaan,” tambahnya.

Fadli Zon kembali berharap, gedung ini dapat menjadi pusat kebudayaan dan spiritual yang berfungsi dengan baik.

“Semoga gedung ini dapat berfungsi dengan baik, semakin hidup, dan menjadi bagian penting dalam upaya pemajuan kebudayaan,” pungkasnya.

Di sisi lain, Plt. Direktur Utama TMII, Ratri Paramitha menyampaikan harapannya terkait pemanfaatan kembali Gedung Sasana Adirasa sebagai rumah kebudayaan Indonesia yang inklusif dan terbuka.

“Nilai-nilai spiritual dan kebudayaan yang diwariskan serta dirawat oleh para penghayat kepercayaan merupakan bagian dari identitas jati diri bangsa. Karena itu kami berkomitmen untuk menjaga gedung ini agar dapat menjadi ruang yang hidup dan terbuka bagi seluruh ekspresi kebudayaan termasuk kekayaan adi luhur yang dijaga oleh para penghayat kepercayaan,” ucap Ratri.

Setelah itu, prosesi acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng bersama para pejabat dan tokoh yang hadir sebagai simbol ungkapan syukur sekaligus ungkapan niat suci untuk membersihkan diri dari energi negatif. Pemotongan tumpeng ini juga menjadi lambang awal dalam mempererat kebersamaan serta sebagai bentuk pelestarian nilai luhur.

Pemanfaatan kembali Gedung Sasana Adirasa tidak hanya menjadi momentum penting bagi para penghayat kepercayaan, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam mewujudkan ruang kebudayaan yang inklusif, berkelanjutan, dan berakar pada nilai-nilai luhur kebangsaan.

Melalui prosesi Ruwatan dan perenungan Malam Anggoro Kasih, Kementerian Kebudayaan bersama MLKI dan TMII kembali menegaskan komitmennya dalam merawat, melestarikan, dan menghidupkan kembali warisan spiritual bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *