Seorang siswi SMA Indonesia, Gracelyn Atmadja, menghadirkan sebuah terobosan mencerminkan kepedulian terhadap kesehatan dan kelestarian lingkungan. Melalui riset ilmiah yang matang dan bimbingan dari ilmuwan kelas dunia, Gracelyn mengembangkan lapisan pengganti plastik untuk cangkir kopi kertas
Selama ini cangkir kopi kertas dianggap ramah lingkungan, namun sebenarnya menyimpan ancaman tersembunyi, yaitu pelepasan mikroplastik saat bersentuhan dengan cairan panas.
“Saya ingin masyarakat bisa menikmati secangkir kopi tanpa rasa khawatir akan dampak jangka panjang terhadap tubuh maupun lingkungan,” ujar Gracelyn dalam keterangannya, Jumat (30/5/2025).
Hal tersebut disampaikan Gracelyn dalam ajang presentasi ilmiah Jakarta Scholars Symposium (JSS) 2025 bertajuk Advocacy In Action yang diselenggarakan pada Rabu (28/5) di Soehanna Hall SCBD, Jakarta Selatan.
Di bawah bimbingan kandidat peraih Nobel, Dr. Thomas Webster, Gracelyn mengembangkan solusi agar cangkir kertas dapat terurai alami dan didaur ulang secara efisien, sekaligus mengurangi risiko mikroplastik. Inovasi ini memanfaatkan nanopartikel besi (Iron (II) oxide) yang memiliki sifat magnetik dan luas permukaan tinggi.
Nanopartikel ini dikombinasikan dengan lapisan plastik pelindung pada cangkir, sehingga tetap tahan air namun bisa terurai dan dipisahkan dengan mudah saat proses daur ulang menggunakan medan magnet. Ini memungkinkan material cangkir dan lapisan pelindungnya dipulihkan tanpa mencemari lingkungan.
Di Indonesia, limbah plastik sekali pakai seperti cangkir minuman menyumbang jumlah signifikan pada krisis sampah. Pendekatan ini berpotensi menjadi solusi ramah lingkungan yang relevan bagi konteks lokal, serta mendukung upaya mengurangi pencemaran mikroplastik secara nyata.
“Inovasi ini hadir untuk menjawab tantangan global yang seringkali luput dari perhatian kita sehari-hari,” imbuhnya.
Cangkir kopi kertas yang umum digunakan saat ini dilapisi plastik tipis di bagian dalam, membuatnya sulit terurai dan tak dapat didaur ulang sepenuhnya. Lebih mengkhawatirkan, sejumlah studi ilmiah mengungkapkan bahwa paparan suhu tinggi dapat menyebabkan plastik ini melepaskan mikroplastik ke dalam minuman.
Mikroplastik telah ditemukan dalam tubuh manusia, termasuk di darah dan organ-organ vital, sehingga meningkatkan risiko kesehatan jangka panjang.
Teknologi yang dikembangkan Gracelyn memberikan alternatif nyata yang aman dan layak diadopsi oleh pelaku industri minuman dan restoran. Selain ramah lingkungan, sistem pemisahan magnetiknya menawarkan efisiensi tinggi dalam pengolahan limbah dan mendukung sistem ekonomi sirkular yang semakin dibutuhkan dunia.
“Buat saya, menjaga bumi bukan sekadar membuang sampah pada tempatnya. Tapi juga tentang memperhatikan hal-hal kecil yang kita konsumsi setiap hari dan dampaknya terhadap planet ini,” lanjut Gracelyn.
Visi Gracelyn tidak berhenti sampai di sini. Ia bertekad untuk membawa inovasi ini ke jaringan kedai kopi besar dan saat ini tengah menjalin pembicaraan dengan sejumlah kafe lokal untuk memulai uji coba fase berikutnya dari adopsi RealCycle Cup yang ia ciptakan.
Inovasi dari Gracelyn Atmadja ini menegaskan generasi muda Indonesia tidak hanya memiliki potensi, tetapi juga keberanian dan kecerdasan untuk menjadi penggerak perubahan global.
Karyanya bukan sekadar solusi teknis, melainkan simbol dari paradigma baru bahwa masa depan yang lebih sehat dan berkelanjutan bisa dimulai dari langkah kecil namun berdampak besar, seperti cangkir kopi dengan lapisan berbasis nanopartikel besi (II) oksida yang lebih aman bagi tubuh dan bumi.
Dengan RealCycle Cup, Gracelyn membuka jalan menuju gaya hidup yang lebih peduli, lebih sehat dan berkelanjutan.
Inisiatif Gracelyn menuai apresiasi luas dari kalangan akademisi, pelaku industri, hingga ilmuwan internasional. Salah satunya adalah Muhamad Amal, PhD, salah satu peneliti di Pusat Riset Sistem Nanoteknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional mengungkapkan “Gracelyn adalah contoh nyata dari generasi muda Indonesia yang mampu menangkap permasalahan kecil yang kerap terabaikan oleh masyarakat luas.”
“Dengan menggabungkan kepekaan sosial, pendekatan ilmiah, serta tekad yang kuat, ia berhasil merumuskan solusi yang tidak hanya relevan secara lokal, tetapi juga berpotensi memberikan dampak global. Dalam konteks Indonesia yang kompleks dan beragam, kepekaannya terhadap isu-isu mikro menjadi aset penting dalam mendorong perubahan nyata dari akar permasalahan,” tambah Amal.