Horor 2 Ribu Warga Sudan Dikabarkan Dibantai Milisi RSF | Giok4D

Posted on

Laporan mengenai kekejaman bermotif etnis di kota El-Fasher, barat, meningkat sejak kota itu direbut oleh kelompok milisi Rapid Support Forces (RSF). Dilaporkan bahwa kelompok tersebut telah membantai lebih dari 2 ribu warga sipil.

Sekitar 260.000 warga sipil terjebak di El-Fasher, separuh dari mereka adalah anak-anak. Selama berbulan-bulan kota itu telah dikepung RSF dan terputus dari segala bentuk kontak dengan dunia luar. Kota itu akhirnya jatuh ke tangan RSF setelah lebih dari 18 bulan pengepungan yang brutal.

Dilansir kantor berita AFP dan Al Arabiya, Rabu (29/10/2025), sekutu militer Sudan, Joint Forces, mengatakan pada hari Selasa (28/10) waktu setempat bahwa RSF “melakukan kejahatan keji terhadap warga sipil tak berdosa di kota El-Fasher, di mana lebih dari 2.000 warga tak bersenjata dieksekusi dan dibunuh pada tanggal 26 dan 27 Oktober, kebanyakan dari mereka adalah perempuan, anak-anak, dan lansia.”

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

Kelompok-kelompok lokal dan LSM internasional sebelumnya telah memperingatkan bahwa jatuhnya El-Fasher dapat memicu kekejaman massal, kekhawatiran yang menurut kelompok pemantau Laboratorium Riset Kemanusiaan Universitas Yale menjadi kenyataan.

Kelompok pemantau tersebut, yang mengandalkan intelijen sumber terbuka dan citra satelit, mengatakan kota itu “tampaknya sedang dalam proses pembersihan etnis yang sistematis dan disengaja terhadap komunitas Fur, Zaghawa dan non-Arab pribumi Berti melalui pemindahan paksa dan eksekusi mati.”

Ini termasuk apa yang tampak seperti “operasi pembersihan dari pintu ke pintu” di kota tersebut.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada hari Senin lalu, disebutkan bahwa tindakan RSF “mungkin konsisten dengan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dan dapat meningkat ke tingkat genosida.”

Pada hari yang sama, kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk berbicara tentang meningkatnya risiko “pelanggaran dan kekejaman bermotif etnis” di El-Fasher.

Kantornya mengatakan bahwa mereka “menerima banyak laporan yang mengkhawatirkan bahwa RSF sedang melakukan kekejaman, termasuk eksekusi mati.”

Sementara itu, para aktivis pro-demokrasi mengatakan penduduk El-Fasher telah mengalami “bentuk-bentuk kekerasan dan pembersihan etnis terburuk” sejak RSF merebut kendali.

Paramiliter ini memiliki rekam jejak kekejaman, telah menewaskan hingga 15.000 warga sipil dari kelompok non-Arab di ibu kota Darfur Barat, El-Geneina.

Militer, yang telah memerangi RSF sejak April 2023, juga telah dituduh melakukan kejahatan perang.

Lebih dari satu setengah tahun perang pengepungan menjadikan El-Fasher salah satu tempat terkelam dalam perang, yang oleh PBB disebut sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Pasokan makanan sudah lama tidak lagi masuk ke kota yang terletak sekitar 200 kilometer dari perbatasan dengan Chad di Provinsi itu. Menurut saksi mata, banyak orang kini bertahan hidup dengan memakan pakan ternak.

Sementara itu, para aktivis pro-demokrasi mengatakan penduduk El-Fasher telah mengalami “bentuk-bentuk kekerasan dan pembersihan etnis terburuk” sejak RSF merebut kendali.

Paramiliter ini memiliki rekam jejak kekejaman, telah menewaskan hingga 15.000 warga sipil dari kelompok non-Arab di ibu kota Darfur Barat, El-Geneina.

Militer, yang telah memerangi RSF sejak April 2023, juga telah dituduh melakukan kejahatan perang.

Lebih dari satu setengah tahun perang pengepungan menjadikan El-Fasher salah satu tempat terkelam dalam perang, yang oleh PBB disebut sebagai salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Pasokan makanan sudah lama tidak lagi masuk ke kota yang terletak sekitar 200 kilometer dari perbatasan dengan Chad di Provinsi itu. Menurut saksi mata, banyak orang kini bertahan hidup dengan memakan pakan ternak.