adalah perayaan tahun baru tradisional di yang sangat populer. Festival ini juga merupakan salah satu hari libur nasional terbesar di Negeri Gajah Putih. Tahun ini, Festival Songkran dimulai pada tanggal 11 April lalu.
Namun, perayaan kali ini diwarnai dengan insiden kecelakaan lalu lintas. Sedikitnya 59 orang tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka dalam kecelakaan lalu lintas yang terjadi di berbagai wilayah selama dua hari pertama Songkran.
Menurut laporan Pusat Keselamatan Jalan Raya, seperti dilansir Nation Thailand dan VN Express International, Selasa (15/4/2025), setidaknya 460 kecelakaan lalu lintas terjadi sepanjang Jumat (11/4) dan Sabtu (12/4) waktu setempat.
Dilaporkan, mengebut dan mengemudi dalam keadaan mabuk menjadi penyebab utamanya. Total ada 59 orang tewas dan 158 orang terluka dalam rentetan kecelakaan tersebut, yang mayoritas korban disebut berusia 20 hingga 29 tahun.
Menteri Kehakiman Thailand, Tawee Sodsong, mengatakan Pusat Keselamatan Jalan Raya telah memantau kecelakaan lalu lintas sejak Jumat (11/4). Menurut Tawee, sebanyak 248 kecelakaan lalu lintas tercatat sepanjang Sabtu (12/4).
Meskipun jalanan di area Bangkok, relatif sepi karena banyaknya perjalanan ke luar kota untuk liburan, jumlah kematian tertinggi tercatat di area tersebut. Laporan media Thai PBS menyebut sedikitnya 9 kematian terjadi di area Bangkok.
Festival perang air ini dikenal sebagai “tujuh hari berbahaya”. Meski menarik banyak wisatawan, tetapi berisiko tinggi. Tahun lalu, 287 orang tewas dalam kecelakaan lalu lintas selama perayaan, sementara pada 2023 ada 264 korban tewas.
Terlepas dari insiden tersebut, mari mengenal lebih lanjut tentang Festival Songkran yang merupakan hari tahun baru tradisional Thailand. Pada tahun 2023, Songkran tercatat dalam UNESCO.
Mengutip dari laman , Songkran di Thailand menandai peralihan tahunan matahari ke rasi bintang Aries, yang menjadi awal tahun baru tradisional. Perayaan ini berlangsung pada pertengahan April setelah panen padi, saat orang-orang berkumpul dengan keluarga untuk memberikan penghormatan kepada orang tua, leluhur, dan patung Buddha.
Selama Songkran, menuangkan air menjadi simbol pembersihan, penghormatan, dan keberuntungan. Selain itu, ada kegiatan seperti memandikan patung Buddha, menyiramkan air ke keluarga dan teman, pertunjukan rakyat, musik, serta pesta yang meriah.
Tradisi ini diteruskan secara lisan dari generasi ke generasi melalui interaksi sosial dalam keluarga. Lembaga pendidikan, pemerintah, dan media juga berperan dalam melestarikan kebijaksanaan terkait Songkran. Festival ini mengajarkan persatuan, pengampunan, serta menghormati keluarga dan orang tua, sekaligus membantu mengatasi kesepian dan isolasi sosial.
Simak juga Video ‘Cerita Bumil Melahirkan Darurat Saat Gempa Guncang Thailand’: