Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal mengungkap Banda Aceh tahun ini meraih Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi di Indonesia. Dia juga membeberkan sejumlah capaian lain yang telah diraih ibu kota provinsi Aceh.
“Alhamdulillah, tahun ini Banda Aceh kembali meraih IPM tertinggi di Indonesia dengan angka 89,55. Ini bukan hanya angka, tetapi bukti bahwa pembangunan di kota ini berpijak pada manusia, pendidikannya, kesehatannya, dan kualitas hidupnya,” kata Illiza dalam sambutannya di acara Maulid Raya yang berlangsung di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, Senin (24/11/2025).
Menurutnya, capaian itu merupakan buah dari kerja bersama pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Dia menyebutkan, tantangan berikutnya adalah memastikan seluruh lapisan masyarakat menikmati hasil pembangunan secara merata.
Selain itu, Banda Aceh juga meraih juara umum II pada MTQ Aceh ke-37 di Pidie Jaya. Kota Banda Aceh juga meraih Grand Prize dalam ajang internasional 4th CityNet SDG City Awards 2025 dalam acara “Seoul Night”, yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan 25th CityNet Executive Committee Meeting dan SDG City Awards 2025 lewat inovasi Women in Waste Management: The WCP System.
“Dunia mengakui Banda Aceh sebagai kota yang tidak hanya membangun, tetapi juga menghadirkan solusi yang humanis, berkelanjutan, dan memberdayakan perempuan. Sebuah inovasi kecil dari Banda Aceh, namun memberi dampak besar bagi dunia,” jelas Illiza.
Illiza menyebutkan, semua capaian tersebut menunjukkan bahwa Banda Aceh adalah kota yang tidak hanya menjaga warisan masa lalu, tetapi juga menatap masa depan dengan percaya diri sebagai kota kolaborasi, kota yang memuliakan agama, menghidupkan budaya, menggerakkan masyarakat, dan menebar keberkahan.
“Ini suatu kebanggaan yang luar biasa yang diraih Kota Banda Aceh. Semua penghargaan dan keberhasilan ini adalah kerja keras kolaborasi yang terus kita laksanakan dengan berbagai pihak dan di seluruh kegiatan kita,” ujar mantan anggota DPR RI itu.
Hari ini, Banda Aceh menggelar Maulid Raya yang hadiri ribuan warga. Perayaan maulid raya tahun ini dirangkai dengan Festival Gerakan Kebudayaan Indonesia (Gayain) 2025. Kegiatan itu juga diisi dengan tabligh akbar dan doa bersama yang dipimpin Ustaz Derry Sulaiman.
Ketika waktu makan tiba, warga dari berbagai kalangan duduk bersila di setiap idang. Mereka menyantap makanan yang tersedia secara bersama-sama.
“Inilah wajah Banda Aceh, kota yang hidup dari semangat kebersamaan, gotong royong, dan cinta pada agama,” jelas Illiza.
Illiza mengatakan, perayaan maulid bagi masyarakat Aceh adalah momen yang sangat istimewa. Bukan hanya ritual seremonial, melainkan tradisi keagamaan yang melekat kuat dalam budaya dan jiwa masyarakat.
Masyarakat Aceh memperingati maulid selama tiga bulan setiap tahunnya. Kegiatan perayaan maulid diisi dengan zikir salawat serta membawa hidangan.
“Tahun ini, parade idang maulid diikuti sembilan kecamatan dan lomba hidangan maulid melibatkan 90 desa. Idang-idang ini bukan hanya sajian makanan, di dalamnya ada nilai kekompakan, kreativitas, persatuan, dan rasa syukur,” ujar Illiza.
Dia mengungkapkan, perayaan maulid tahun ini semakin bermakna karena dirangkai dengan Gayain. Gerakan itu disebut memberi nafas baru bagi tradisi Aceh.
“Melalui Gayain, kita belajar bahwa budaya bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi amanah yang harus terus kita hidupkan. Tradisi yang kita rawat ini adalah identitas kita. Ia membentuk karakter masyarakat, memperkuat keislaman Aceh, serta menjadi jembatan yang menyatukan generasi muda dengan nilai leluhur,” ujarnya.
“Dan sebagai kota kolaborasi, Banda Aceh akan terus memberi ruang bagi budaya, agama, dan komunitas untuk bergerak bersama merawat tradisi secara kreatif dan penuh kebersamaan,” lanjut mantan Wakil Wali Kota Banda Aceh itu.







