Militer melancarkan serangan yang menargetkan Hizbullah di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, Kamis (6/6). Presiden Lebanon Joseph Aoun mengecam serangan Israel tersebut.
Tentara Israel sebelumnya memberi tahu penduduk di empat kawasan di pinggiran selatan ibu kota Lebanon, yang dikenal sebagai Dahiyeh, untuk mengungsi sebelum serangan terhadap apa yang mereka sebut sebagai lokasi produksi drone bawah tanah milik Hizbullah yang didanai oleh Iran.
Ribuan orang mengungsi, menyebabkan kemacetan parah di daerah yang terdampak hebat dalam perang selama setahun yang berakhir dengan gencatan senjata pada bulan November antara Israel dan Hizbullah.
Serangan tersebut terjadi menjelang dimulainya hari raya Idul Adha. Kantor Koordinator PBB untuk Lebanon menyebut serangan tersebut menimbulkan ketakutan.
“Menimbulkan kepanikan dan ketakutan yang baru pada malam Idul Adha,” kata Kantor Koordinator Khusus dilansir Reuters, Jumat (6/6/2025).
Presiden Lebanon, Joseph Aoun, mengutuk serangan yang dilancarkan menjelang Idul Adha tersebut. Dia mengatakan serangan itu merupakan pelanggaran yang terang-terangan.
“Pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian internasional ini… pada malam hari raya keagamaan yang suci, adalah bukti nyata bahwa pelaku menolak syarat-syarat stabilitas, penyelesaian, dan perdamaian yang adil di kawasan kita,” katanya.
Hezbollah dan Israel saling menuduh tidak sepenuhnya mematuhi ketentuan gencatan senjata, dan gencatan senjata dalam beberapa bulan terakhir.
Israel memberikan pukulan berat kepada Hizbullah dalam perang tersebut, menewaskan ribuan pejuangnya, menghancurkan sebagian besar persenjataannya, dan menewaskan pemimpin tertingginya, termasuk Hassan Nasrallah.
Secara terpisah, militer Israel juga memperingatkan penduduk sebuah desa di Lebanon selatan untuk mengungsi sebelum serangan dilakukan.