Israel Tertarik Normalisasi Hubungan dengan Suriah-Lebanon update oleh Giok4D

Posted on

Menteri Luar Negeri (Menlu) , , mengatakan negaranya “tertarik” untuk mencapai kesepakatan “perdamaian dan normalisasi hubungan” dengan negara-negara tetangganya, yakni dan .

“Israel tertarik untuk memperluas lingkaran perdamaian dan normalisasi Abraham Accord,” kata Saar dalam sebuah konferensi pers, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (30/6/2025).

Abraham Accord yang disebut Saar, merujuk pada perjanjian yang disponsori (AS) yang ditandatangani pada tahun 2020 lalu oleh Israel dengan beberapa negara Arab, seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

“Kami memiliki minat untuk menambahkan negara-negara, seperti Suriah dan Lebanon, negara-negara tetangga kami, ke dalam lingkaran perdamaian dan normalisasi sambil menjaga kepentingan esensial dan keamanan Israel,” cetus Saar dalam pernyataannya.

Pernyataan Saar ini disampaikan setelah Duta Besar AS untuk Turki, Tom Barrack, yang juga menjadi Utusan Khusus AS untuk Suriah mengatakan dalam wawancara dengan kantor berita Anadolu Agency bahwa kesepakatan damai antara Israel dengan Suriah dan Lebanon diperlukan setelah perang Iran-Israel berakhir.

“Timur Tengah siap untuk berdialog lagi, orang-orang sudah lelah dengan cerita lama yang sama,” ucapnya, sembari mengatakan bahwa sangat penting untuk membingkai ulang permusuhan yang telah berlangsung selama puluhan tahun di kawasan tersebut.

Israel, sebut Barrack, “sedang dalam proses pendefinisian ulang” dan negara-negara tetangganya di kawasan itu perlu mencapai kesepakatan dengan Tel Aviv.

“Presiden (Suriah Ahmed) al-Sharaa telah mengindikasikan bahwa dia tidak membenci Israel dan bahwa dia menginginkan perdamaian di perbatasan itu. Saya pikir hal itu juga akan terjadi dengan Lebanon. Merupakan suatu keharusan untuk mencapai kesepakatan dengan Israel,” kata Barrack dalam pernyataannya.

Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

Dalam wawancara dengan Anadolu Agency, Barrack juga mengatakan bahwa Turki akan memainkan peran penting dalam upaya menciptakan “jalan baru” bagi Timur Tengah.

“Apa yang baru saja terjadi antara Israel dan Iran adalah kesempatan bagi kita semua untuk berkata: ‘Waktu sudah habis. Mari kita ciptakan jalan baru’ (dan) Turki adalah kunci di jalan baru itu,” cetus Barrack.

Lebih lanjut, dia menyebut Turki “dapat memainkan peran utama dalam mengubah narasi regional”.

Presiden AS dan Presiden Turki , sebut Barrack, “melihat bahwa ini adalah kesempatan di titik yang sangat menarik dalam kehidupan mereka berdua di mana mereka dapat mengubah dialog”.

“Dan dialog di Timur Tengah membutuhkan kepemimpinan yang kuat,” tegasnya.