Otoritas mengingatkan bahwa perlu menunjukkan “ketulusan sejati dalam mengakhiri konflik” agar gencatan senjata atau perundingan dapat dilakukan. Phnom Penh menyerukan gencatan senjata segera dengan Bangkok, namun terus berlanjut pada Sabtu (26/7).
Thailand dan Kamboja terlibat pertikaian perbatasan sejak lama terkait area yang dikenal sebagai Segitiga Zamurd, tempat perbatasan kedua negara dan Laos bertemu. Perselisihan ini kembali memanas menjadi pertempuran intens sejak Kamis (24/7), hingga melibatkan jet tempur, artileri, tank, dan pasukan darat.
Kedua negara melaporkan bentrokan terus berlanjut pada Sabtu (26/7) pagi, sekitar pukul 05.00 waktu setempat, dengan Kamboja menuduh militer Thailand menembakkan “lima peluru artileri berat” ke sejumlah lokasi di Provinsi Pursat, yang berbatasan dengan Provinsi Trat di Thailand.
Sedangkan militer Thailand melaporkan pertempuran meletus di area Ban Chamrak, distrik Muang, pada akhir pekan.
Bentrokan terbaru itu pecah setelah Duta Besar Kamboja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Chhea Keo, setelah pertemuan Dewan Keamanan PBB yang digelar tertutup pada Jumat (25/7), menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat dengan Thailand.
“Kamboja meminta gencatan senjata segera — tanpa syarat — dan kami juga menyerukan solusi damai atas perselisihan tersebut,” katanya kepada wartawan.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Thailand, Maris Sangiampongsa, seperti dilansir AFP, Sabtu (26/7/2025), mengatakan bahwa agar gencatan senjata atau perundingan dapat dilakukan, Kamboja perlu menunjukkan “ketulusan sejati dalam mengakhiri konflik”.
“Saya mendesak Kamboja untuk menghentikan pelanggaran kedaulatan Thailand dan kembali menyelesaikan masalah ini melalui dialog bilateral,” kata Maris saat berbicara kepada wartawan pada Sabtu (26/7).
Sejak bentrokan terbaru pecah pada Kamis (24/7), menurut data resmi kedua negara, total sedikitnya 33 orang tewas di wilayah perbatasan Thailand dan Kamboja.
Laporan terbaru militer Thailand menyebut lima tentaranya tewas pada Jumat (25/7), sehingga jumlah korban tewas di negara tersebut bertambah menjadi sedikitnya 20 orang sejauh ini. Para korban tewas itu terdiri atas 14 warga sipil dan enam tentara Thailand.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Kamboja melaporkan sedikitnya 13 orang tewas — terdiri atas delapan warga sipil dan lima tentara — akibat serangan militer Thailand. Lebih dari 70 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan lintas perbatasan itu.
Thailand Bertekad Pertahankan Kedaulatan Negara
Kementerian Luar Negeri Thailand, dalam pernyataan yang dirilis Jumat (25/7), menekankan perlunya melindungi kedaulatan dan warga negaranya, saat Kamboja terus melancarkan serangan lintas perbatasan.
Dikatakan Kementerian Luar Negeri Thailand, seperti dilansir media lokal The Nation, bahwa pihaknya mengapresiasi proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Ketua ASEAN, Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim.
Proposal itu dimaksudkan untuk menghentikan permusuhan dan mencegah eskalasi lebih lanjut, sekaligus membuka jalan bagi perundingan damai dan penyelesaian diplomatik.
Namun, Kementerian Luar Negeri Thailand dalam pernyataannya menyinggung soal serangan Kamboja yang terus berlanjut terhadap wilayah perbatasannya.
“Setiap gencatan senjata harus didasarkan pada kondisi yang tepat dan selaras dengan situasi di lapangan. Keselamatan rakyat Thailand di wilayah terdampak tetap menjadi prioritas utama,” tegas Kementerian Luar Negeri Thailand.
Kementerian Luar Negeri Thailand menambahkan bahwa tindakan Kamboja sejauh ini menunjukkan kurangnya ketulusan.
Sejak bentrokan terbaru pecah pada Kamis (24/7), menurut data resmi kedua negara, total sedikitnya 33 orang tewas di wilayah perbatasan Thailand dan Kamboja.
Laporan terbaru militer Thailand menyebut lima tentaranya tewas pada Jumat (25/7), sehingga jumlah korban tewas di negara tersebut bertambah menjadi sedikitnya 20 orang sejauh ini. Para korban tewas itu terdiri atas 14 warga sipil dan enam tentara Thailand.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Kamboja melaporkan sedikitnya 13 orang tewas — terdiri atas delapan warga sipil dan lima tentara — akibat serangan militer Thailand. Lebih dari 70 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan lintas perbatasan itu.
Thailand Bertekad Pertahankan Kedaulatan Negara
Kementerian Luar Negeri Thailand, dalam pernyataan yang dirilis Jumat (25/7), menekankan perlunya melindungi kedaulatan dan warga negaranya, saat Kamboja terus melancarkan serangan lintas perbatasan.
Dikatakan Kementerian Luar Negeri Thailand, seperti dilansir media lokal The Nation, bahwa pihaknya mengapresiasi proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Ketua ASEAN, Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim.
Proposal itu dimaksudkan untuk menghentikan permusuhan dan mencegah eskalasi lebih lanjut, sekaligus membuka jalan bagi perundingan damai dan penyelesaian diplomatik.
Namun, Kementerian Luar Negeri Thailand dalam pernyataannya menyinggung soal serangan Kamboja yang terus berlanjut terhadap wilayah perbatasannya.
“Setiap gencatan senjata harus didasarkan pada kondisi yang tepat dan selaras dengan situasi di lapangan. Keselamatan rakyat Thailand di wilayah terdampak tetap menjadi prioritas utama,” tegas Kementerian Luar Negeri Thailand.
Kementerian Luar Negeri Thailand menambahkan bahwa tindakan Kamboja sejauh ini menunjukkan kurangnya ketulusan.