Kemenbud Gelar Diskusi Publik Penulisan Buku Sejarah Indonesia di FIB UI

Posted on

Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) Republik Indonesia menyelenggarakan Diskusi Publik Penulisan Buku Sejarah Indonesia. Acara yang digelar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, hari ini. Acara ini bertujuan membuka ruang partisipasi publik dalam memberikan saran serta masukan konstruktif untuk penyempurnaan naskah penulisan sehingga menjadi sebuah karya sejarah yang inklusif, akurat, dan objektif.

Diselenggarakannya diskusi ini juga sebagai upaya Kementerian Kebudayaan untuk menjunjung tinggi transparansi dan membuka keterlibatan publik seluas mungkin dalam penyempurnaan hasil penulisan. Karenanya Diskusi Publik Naskah Penulisan Buku Sejarah Indonesia ini diagendakan di empat lokasi di Indonesia: Universitas Indonesia pada 25 Juli 2025, Universitas Lambung Mangkurat pada 28 Juli 2025, Universitas Negeri Padang pada 31 Juli 2025, dan Universitas Negeri Makassar pada 4 Agustus 2025.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan bahwa diskusi publik ini menjadi satu momentum bagi para penulis dan editor dalam menerima masukan yang berarti bagi penulisan sejarah yang sedang dilakukan.

“Forum ini merupakan kick-off dari diskusi publik yang akan bergulir di beberapa kota dalam beberapa waktu ke depan. Ini sebagai upaya komitmen Kementerian Kebudayaan bahwa tidak ada yang ditutupi dalam penulisan sejarah yang sedang dilakukan,” kata Fadli Zon dalam keterangan tertulis, Jumat (25/7/2025).

Lebih lanjut, Fadli menyampaikan bahwa kehadiran buku sejarah ini diharapkan menjadi kerangka dasar untuk melanjutkan penulisan sejarah Indonesia ke depan. Diskusi ini juga untuk membuka ruang bagi publik, sejarawan, dan penulis untuk memberikan respons kritis terhadap narasi sejarah yang disusun.

“Kita berharap dengan adanya buku ini dapat menjadi highlight untuk meneruskan penulisan sejarah berikutnya. Termasuk juga memberikan ruang bagi publik, sejarawan, dan penulis untuk merespons buku-buku sejarah yang ditulis oleh Kementerian Kebudayaan sekarang ini,” ucapnya.

Dia berujar bahwa penulisan ini dilakukan karena sejarah Indonesia sendiri terakhir ditulis pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie sehingga perlu dilakukan pemutakhiran.

“Sejarah sudah mulai ditulis pada tahun 1970-an, kemudian tahun 1980-an hingga yang terakhir adalah pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie. Ada juga buku sejarah yang pernah dibuat berjumlah 8 jilid dengan judul ‘Indonesia Dalam Arus Sejarah’. Penulisan sejarah ini sangat penting karena sejarah kita perlu diperbaharui. Sejarah adalah identitas dan jati diri bangsa. Jangan sampai kita kehilangan hal tersebut,” tuturnya.

“Sudut pandang yang digunakan dalam penulisan sejarah kali ini adalah Indonesia-sentris, dan bukan menggunakan kacamata kolonial. Karena kalau menggunakan kacamata Belanda, pasti akan mengungkapkan perihal liberalisasi maupun modernisasi dan bukan mengenai bangsa kita. Kita harus menulis sejarah kita sendiri,” sambungnya.

Fadli mengungkapkan harapannya akan masukan yang berarti bagi tim penulis melalui diskusi publik ini. Dirinya juga berharap dengan lahirnya buku sejarah ini dapat menjadi suatu bahan pembelajaran yang bermanfaat serta dapat meningkatkan kesadaran akan sejarah bagi para generasi muda.

“Tentu saya berharap akan banyak sekali masukan dari diskusi publik ini dan semoga akan banyak jilid-jilid selanjutnya yang bisa dikembangkan di beberapa tahun ke depan. Sejarah sangat penting. Kita berharap anak cucu kita dapat mengerti lebih dalam mengenai sejarah Indonesia dan bukan tentang sejarah negara lain,” jelasnya Fadli

Sementara itu, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pengetahuan Kebudayaan Universitas Indonesia Untung Yuwono yang hadir di acara itu menyampaikan apresiasinya.

“Kami menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan kepada para akademisi, termasuk akademisi dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia untuk turut terlibat dalam penyusunan buku sejarah Indonesia. Semoga forum ini menghasilkan masukan berharga demi penyusunan buku sejarah yang akurat dan mencerminkan jati diri bangsa dan semangat kebangsaan,” ujarnya.

Diskusi publik diselenggarakan secara hibrida. Hadir secara luring Sekretaris Jenderal Kementerian Kebudayaan, Bambang Wibawarta; Staf Khusus Menteri Kebudayaan Bidang Media dan Komunikasi Publik, Muhammad Asrian Mirza; Staf Khusus Menteri Kebudayaan Bidang Sejarah dan Pelindungan Warisan Budaya, Basuki Teguh Yuwono; Asisten Deputi Pemajuan dan Pelestarian Kebudayaan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Ivan Syamsurizal; Plh. Dekan/Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan, FIB UI, Untung Yuwono; Para Editor Umum dan Editor Jilid Penulisan Buku Sejarah Indonesia; serta Jajaran Pejabat Eselon Kementerian Kebudayaan.

Sementara peserta diskusi hadir secara luring tidak kurang dari 200 peserta yang terdiri dari mahasiswa lintas bidang ilmu, program studi ilmu sejarah dan pendidikan sejarah di beberapa perguruan tinggi di wilayah Jakarta dan sekitarnya, guru dan tenaga kependidikan, lembaga pemerintah dan nonpemerintah, asosiasi dan masyarakat profesi, LP3ES, dinas yang membidangi pendidikan dan kebudayaan, pegiat dan pemerhati sejarah.

Agenda diskusi meliputi pemaparan penjelasan umum mengenai proses penulisan Buku Sejarah Indonesia oleh tiga Editor Umum penulisan: Prof. Dr. Susanto Zuhdi., M.Hum.; Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum.; dan Prof. Jajat Burhanudin, M.A.; dilanjutkan dengan penjabaran isi sepuluh jilid utama oleh para Editor Jilid: Prof. Dr. R. Cecep Eka Permana, M.Si.; Dr. Ninie Susanti Tejowasono, M.Hum.; Zacky Khairul Umam, Ph.D; Prof. Dr. Agus Suwignyo, M.A.; Prof. Dr. Phil. Gusti Asnan, M.Hum.; Prof. Nawiyanto, M.A., Ph.D.; Nur Aini Setiawati, Ph.D.; Dr, Didik Pradjoko, M.Hum.; dan Dr. Amurwani Dwi Lestariningsih, M.Hum. serta sesi diskusi dan tanya jawab dengan peserta.

Melengkapi pernyataan Menbud, Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan memaparkan bahwa hingga saat ini, proses penulisan Buku Sejarah Indonesia telah mencapai 5.536 halaman dari 10 jilid utama yang tengah dalam tahap penyuntingan oleh tim editor.

“Penyusunan buku ini melibatkan 112 penulis dari berbagai latar belakang keilmuan seperti arkeologi, sejarah, epigrafi, filologi, geografi, dan ilmu sosial humaniora. Mereka berasal dari 34 perguruan tinggi di seluruh Indonesia serta delapan lembaga non-perguruan tinggi, dengan mempertimbangkan keterwakilan wilayah dan gender,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *