menyebut barang-barang yang mau diekspor ataupun impor seharusnya sudah terpasang alat yang mendeteksi paparan radioaktif. Namun, Kemenperin menyebut alat tersebut saat ini sudah tak berfungsi.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
“Seharusnya dahulu di pintu masuk barang-barang yang mau diekspor, maupun di impor itu sudah dipasang alat yang untuk mendeteksi baik yang keluar maupun masuk itu sudah ada radiasi atau tidak. Nah alat ini sekarang tidak berfungsi,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Setia Diarta di Komisi VII DPR, Jakarta, Senin (10/11/2025).
Sebelum ramainya temuan udang terkontaminasi radioaktif, ada temuan lain juga atas barang dari Indonesia. Setia mengatakan ada laporan dari Bea Cukai Belanda terkait temuan sepatu kets asal Indonesia yang terpapar radioaktif.
“Jauh sebelum udang, kita sebenarnya juga sudah menerima laporan dari bea cukai Belanda terhadap hasil temuan beberapa kotak sepatu kets. Kets yang memiliki paparan radiasi,” katanya.
Setia mengungkap radiasi tersebut tidak hanya melekat pada bahan baku, seperti diduga jadi sumber kontaminasi di Cikande. Melainkan juga bisa dari kontainer pembawa bahan baku besi tersebut.
Yang jadi masalah, kontainer itu tidak bisa ditemukan. Untuk itu, dia berharap ada deteksi dini untuk mencegah kejadian di Cikande terulang.
“Sebenarnya isu radiasi ini tidak hanya melekat pada scrap saja, kontainer yang ada di udang atau kontainer yang membawa scrap itu juga bisa menjadi salah satu sumber, kalau impor,” ujarnya.
“Termasuk juga truknya. Isu ini yang kemarin dicari kontainernya maupun truknya sudah hilang dan tidak terdeteksi,” tambah dia.
Setia mengungkap masih kesulitan menemukan manajemennya perusahaan yang jadi titik awal kontaminasi. Pencarian pihak manajemen perusahaan itu adalah ranah penegak hukum.
“Sampai akhir pertengahan Oktober kemarin kami rakor. Kesulitan untuk menemukan manajemennya, karena sudah kembali ke China semuanya. Ini udah ranah APH,” sebutnya.







