Pertikaian perbatasan antara dan yang berlangsung sejak lama kini kembali memanas. Ketegangan kembali muncul setelah bentrokan terjadi beberapa hari lalu sehingga korban jiwa terus bertambah.
Ketegangan kedua negara pun menjadi pertempuran intens yang melibatkan jet tempur, artileri, tank, dan pengerahan pasukan darat, berlangsung Kamis (24/7) dan berlanjut hingga saat ini.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Serangan terjadi di beberapa provinsi di Thailand. Yakni Provinsi Sisaket, Provinsi Surin, Provinsi Ubon dan Provinsi Buriram. Sementara, provinsi Kamboja yang berbatasan langsung dengan keempat Provinsi ini adalah Provinsi Oddar Meanchey.
Korban tewas akibat serangan militer Thailand di area perbatasan Kamboja dilaporkan bertambah menjadi sedikitnya 13 orang. Sebagian besar korban tewas merupakan warga sipil yang terjebak bentrokan berdarah antara militer kedua negara di wilayah perbatasan yang disengketakan.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, seperti dilansir AFP dan Khmer Times, Sabtu (26/7), melaporkan bahwa para korban tewas terdiri atas delapan warga sipil dan lima personel Angkatan Bersenjata Kamboja.
Lebih dari 70 orang lainnya, sebut Socheata, mengalami luka-luka akibat rentetan serangan lintas perbatasan yang dilancarkan militer Thailand sejak bentrokan terbaru pecah pada Kamis (24/7).
Puluhan korban luka itu terdiri atas 21 tentara Kamboja dan setidaknya 50 warga sipil, dengan kondisi luka-luka mereka memiliki tingkat keparahan yang bervariasi. Disebutkan Socheata bahwa warga sipil yang luka-luka itu terjebak serangan artileri yang menargetkan desa Ekphap, Thmar Da Commune, di distrik Veal Veng.
Bentrokan perbatasan antara Thailand dan Kamboja memasuki hari ketiga pada Sabtu (26/7), meskipun ada seruan gencatan senjata segera dari Phnom Penh.
Laporan terbaru militer Thailand menyebut lima tentaranya tewas pada Jumat (25/7). Dengan begitu, jumlah korban tewas di negara tersebut bertambah menjadi sedikitnya 20 orang sejauh ini.
Para korban tewas itu terdiri atas 14 warga sipil dan enam tentara Thailand.
Pertempuran sengit antara kedua negara itu telah memaksa lebih dari 138.000 orang dievakuasi dari area perbatasan Thailand dan lebih dari 35.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah-rumah mereka di Kamboja.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, menyebut sedikitnya 35.829 warga sipil telah dievakuasi dari area-area berisiko tinggi di Provinsi Preah Vihear, Oddar Meanchey, dan Pursat yang ada di wilayah perbatasan yang menjadi lokasi bentrokan.
Duta Besar Kamboja untuk PBB, Chhea Keo, setelah pertemuan Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat dengan Thailand.
Thailand belum memberikan tanggapan langsung, namun Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, mengatakan kepada AFP bahwa Bangkok terbuka untuk berdialog dengan Kamboja, mungkin dengan bantuan Malaysia yang tahun ini menjabat Ketua ASEAN.
Thailand dan Kamboja saling serang hingga menyebabkan 15 warga di Thailand tewas. Kementerian Luar Negeri menyampaikan tidak ada WNI yang terdampak perang dua negara tetangga tersebut.
“Sejauh ini tidak ada WNI yang terdampak dari situasi saat ini,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rolliansyah (Roy) Soemirat, Sabtu (26/7).
Dalam surat edaran KBRI Bangkok, WNI diimbau agar waspada atas peperangan ini. Terutama WNI yang berada di daerah perbatasan, yakni di Trat, Sa Kaeo, Ubon dan Ratchathani.
“Berdasarkan data lapor diri, saat ini terdapat 15 WNI yang tersebar di wilayah sekitar perbatasan Thailand-Kamboja,” tulisnya dalam edaran tersebut.
“KBRI Bangkok kembali mengimbau kepada WNI yang menetap di Thailand lebih dari 6 bulan agar melakukan lapor diri melalui portal peduli WNI www.peduliwni.kemlu.go.id,” tambahnya.
Bentrokan perbatasan antara Thailand dan Kamboja memasuki hari ketiga pada Sabtu (26/7), meskipun ada seruan gencatan senjata segera dari Phnom Penh.
Laporan terbaru militer Thailand menyebut lima tentaranya tewas pada Jumat (25/7). Dengan begitu, jumlah korban tewas di negara tersebut bertambah menjadi sedikitnya 20 orang sejauh ini.
Para korban tewas itu terdiri atas 14 warga sipil dan enam tentara Thailand.
Pertempuran sengit antara kedua negara itu telah memaksa lebih dari 138.000 orang dievakuasi dari area perbatasan Thailand dan lebih dari 35.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah-rumah mereka di Kamboja.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, menyebut sedikitnya 35.829 warga sipil telah dievakuasi dari area-area berisiko tinggi di Provinsi Preah Vihear, Oddar Meanchey, dan Pursat yang ada di wilayah perbatasan yang menjadi lokasi bentrokan.
Duta Besar Kamboja untuk PBB, Chhea Keo, setelah pertemuan Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata segera dan tanpa syarat dengan Thailand.
Thailand belum memberikan tanggapan langsung, namun Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, mengatakan kepada AFP bahwa Bangkok terbuka untuk berdialog dengan Kamboja, mungkin dengan bantuan Malaysia yang tahun ini menjabat Ketua ASEAN.
Thailand dan Kamboja saling serang hingga menyebabkan 15 warga di Thailand tewas. Kementerian Luar Negeri menyampaikan tidak ada WNI yang terdampak perang dua negara tetangga tersebut.
“Sejauh ini tidak ada WNI yang terdampak dari situasi saat ini,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rolliansyah (Roy) Soemirat, Sabtu (26/7).
Dalam surat edaran KBRI Bangkok, WNI diimbau agar waspada atas peperangan ini. Terutama WNI yang berada di daerah perbatasan, yakni di Trat, Sa Kaeo, Ubon dan Ratchathani.
“Berdasarkan data lapor diri, saat ini terdapat 15 WNI yang tersebar di wilayah sekitar perbatasan Thailand-Kamboja,” tulisnya dalam edaran tersebut.
“KBRI Bangkok kembali mengimbau kepada WNI yang menetap di Thailand lebih dari 6 bulan agar melakukan lapor diri melalui portal peduli WNI www.peduliwni.kemlu.go.id,” tambahnya.