Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul), didampingi Wakil Menteri Sosial, Agus Jabo Priyono meninjau Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 25 Lamongan yang berlokasi di SMK Negeri Maritim Lamongan, Jawa Timur.
Dalam sambutannya, Gus Ipul menegaskan kembali pentingnya Sekolah Rakyat sebagai bagian dari strategi besar pengentasan kemiskinan Presiden Prabowo Subianto.
“Sekolah Rakyat adalah upaya menghadirkan keadilan bagi keluarga yang belum terbawa dalam proses pembangunan. Ini bagian dari strategi besar Presiden Prabowo untuk menurunkan kemiskinan hingga di bawah 5% dan menghapus kemiskinan ekstrem,” ujar Gus Ipul dalam keterangan tertulis, Selasa (5/8/2025).
Sekolah Rakyat, lanjutnya, merupakan miniatur pengentasan kemiskinan terpadu karena pendekatannya yang menyeluruh, terintegrasi, dan berbasis data. Seluruh penerima manfaat Sekolah Rakyat mengacu pada Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) dan secara sistematis disasar melalui berbagai program intervensi sosial. Siswa dan keluarganya tidak hanya mendapatkan akses pendidikan, tetapi juga menerima bantuan sosial lengkap seperti PKH dan bantuan pangan (sembako).
Mereka juga dilibatkan dalam program pemberdayaan sosial ekonomi (PPSE) serta menjadi bagian dari sasaran program pembangunan 3 juta rumah layak huni. Keluarga siswa terhubung dengan koperasi desa Merah Putih (KopDes), bahkan mulai menghasilkan produk dari hasil pemberdayaan seperti makanan olahan, kerajinan, dan produk UMKM lainnya.
Dalam aspek kesehatan dan gizi, mereka juga memperoleh layanan Cek Kesehatan Gratis (CKG) dan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Untuk menjamin keberlanjutan, seluruh siswa dan keluarganya juga telah terdaftar dalam jaminan kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI-JK).
Faktanya, kehadiran Sekolah Rakyat disambut antusias oleh masyarakat Lamongan. Total kuota 75 siswa SRMA 25 Lamongan penuh terisi. Para siswa berasal dari 25 kecamatan di Lamongan. Mereka dibina oleh 18 guru, 5 wali asuh, dan 1 wali asrama putra.
Gus Ipul menutup sambutannya dengan menegaskan tiga prinsip utama Sekolah Rakyat, yaitu, Memuliakan wong cilik; Menjangkau yang belum terjangkau; dan Memungkinkan yang tidak mungkin.
Tak hanya secara kuantitatif, manfaat Sekolah Rakyat juga sudah dirasakan. Salah satu siswa, Muhammad Aldi (14), menceritakan saat ini dirinya mulai belajar membaca.
“Alhamdulillah, siswa kami Aldi selama dua minggu di sini sudah bisa membaca meski belum sempurna. Kami bersyukur melihat progres mereka yang luar biasa,” ujar Kepala sekolah SRMA 25 Lamongan Anis Alminatuf. Dia pun mengucap syukur atas kemajuan para siswa.
Manfaat Sekolah Rakyat juga diakui oleh orang tua siswa. Pipit, ibu dari siswi Syafa Gading Wiguna yang tinggal di Dusun Telatah, mengaku sangat bersyukur atas adanya program Sekolah Rakyat.
“Saya hanya ibu rumah tangga yang membantu suami berjualan pentol keliling. Jangankan bercita-cita, bermimpi saja tidak berani. Dulu sekolah itu mewah, hanya untuk orang-orang berdompet tebal. Tapi sekarang, kami berani bermimpi,” tuturnya.
Sementara Munanzah, pendamping PKH, memastikan bahwa seluruh proses seleksi siswa dilakukan berbasis data dan verifikasi lapangan.
“Ibu ini penerima PKH dan BPNT. Masuk DTSEN desil 1. Setelah saya cek, kondisinya sesuai dengan kriteria,” ungkapnya.
Dewi Mustika Oktasari, orang tua siswa lainnya, menegaskan bahwa bantuan sosial bukan untuk dinikmati pasif, tapi untuk diolah menjadi peluang usaha.
“Saya tidak mau bantuan itu seperti gaji. Niatnya buka usaha, tapi belum ada modal. Kami ingin mandiri,” katanya.
Di tempat yang sama, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi menggarisbawahi bahwa program Sekolah Rakyat lebih dari sekadar pendidikan formal.
“Ini bukan hanya soal pelajaran. Ini tentang menumbuhkan kembali martabat dan daya juang anak-anak kami,” katanya.