Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengunjungi situs warisan budaya Situs Gua Jepang Bukit Futusuba dalam kunjungan kerjanya di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Berlokasi sekitar 8 kilometer dari Bandar Udara El Tari, Kupang, Situs Gua Jepang Bukit Futusuba merupakan salah satu situs sejarah bukti pendudukan Jepang saat Perang Dunia II di daratan Timor, tepatnya di Desa Baumata, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang.
Setidaknya terdapat 16 gua yang dibangun sekitar tahun 1942 saat Jepang menguasai Pulau Timor Barat. Gua ini dijadikan sebagai gudang senjata mesin, mortir, amunisi, dan minyak kendaraan tempur.
Fadli menyampaikan diperlukan penelitian mendalam mengenai situs ini agar dapat ditetapkan sebagai cagar budaya.
“Gua Jepang ini perlu penelitian lebih lanjut agar kita bisa mengetahui apa yang terjadi, karena wilayah ini termasuk wilayah Pasifik, daerah perang dunia kedua. Ini peristiwa yang cukup besar karena menggambarkan perang yang besar. Peta Indonesia tersaji cukup banyak di peta-peta saat itu,” kata Fadli dalam keterangan tertulis, Minggu (27/4/2025).
Fadli pun mengarahkan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVI untuk melakukan kajian pengajuan penetapan sebagai cagar budaya tingkat Kabupaten, dan selanjutnya menuju cagar budaya tingkat Nasional. Selain itu, diperlukan penguatan struktur gua dalam rangka pelestariannya.
“Perlu banyak kerja sama dengan banyak pihak untuk menjaga agar tembok atau atap tidak roboh,” jelas Fadli.
“Kemenbud punya MoU dengan Jepang, terutama mengenai repatriasi kerangka-kerangka tentara Jepang. Kali ini mungkin kita bisa minta pihak Jepang agar membantu merevitalisasinya,” lanjutnya.
Merespons hal ini, Wakil Gubernur NTT, Johni Asadoma menyampaikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT akan bekerja sama dengan BPK Wilayah XVI untuk mewujudkan revitalisasi situs ini.
Pentingnya Bangun Kerja Sama dan Peningkatan Kapasitas
Menindaklanjuti kunjungan kerjanya, Fadli berdiskusi dengan segenap jajaran Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVI Nusa Tenggara Timur (NTT) bertempat di Kantor BPK XVI.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala BPK XVI, Haris Budiharto menyampaikan kinerja pelestarian cagar budaya yang telah dilaksanakan sebanyak 41 cagar budaya dan warisan budaya takbenda sebanyak 37 di lingkup wilayah kerja yang meliputi 22 kabupaten/kota.
“Tantangan utama yang disoroti adalah pentingnya mendorong partisipasi aktif masyarakat dan komunitas dalam mendaftarkan kekayaan budayanya ke dalam Data Pokok Kebudayaan (Dapobud),” jelas Haris.
Di sisi lain, Fadli menekankan perlunya pendekatan yang lebih holistik dalam pengelolaan kebudayaan. “Harus lebih holistik, NTT memiliki potensi yang besar. Kami akan mendorong kerja sama dengan Kemendagri agar pemajuan kebudayaan cepat tumbuh di daerah masing-masing,” ujarnya.
Selain itu, Fadli juga menyoroti pentingnya riset untuk mendukung diplomasi budaya, seperti pengkajian terhadap Gua Jepang yang baru saja dikunjungi. Ia juga menyampaikan rencana pengembalian patung penenun kuno dari abad ke-6 yang kini berada di National Gallery of Australia.
“Tadi kita melihat Gua Jepang. Kita akan melihat kajiannya seperti apa. Kemudian kita akan meminta bantuan Jepang berdasarkan kajian tersebut,” tambahnya.
Di sektor pengembangan budaya kontemporer, Fadli mendorong pemanfaatan Dana Indonesiana, khususnya untuk mendukung festival budaya seperti di Adonara dalam kunjungan sebelumnya. Dengan begitu, berbagai sektor kebudayan termasuk film dan musik di daerah dapat memiliki keberlanjutan melalui kalender budaya tahunan.
Fadli juga menggarisbawahi pentingnya membangun rasa percaya diri di kalangan pegawai BPK XVI bahwa kebudayaan kini harus berada di garis depan.
“Perlu juga memperkuat peran Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) di NTT. Menteri meminta agar pemetaan TACB di NTT segera dilakukan, termasuk membuka peluang pelatihan di Jakarta atau mendatangkan asesor ke Kupang, guna memperkuat kapasitas pelestarian budaya di daerah,” sambungnya.
Di akhir diskusi, Fadli berharap BPK dapat memberikan dampak signifikan terhadap pelestarian budaya di NTT karena banyak pihak yang telah menaruh harapan, mulai dari seniman hingga budayawan.
“Bukan hanya untuk merawat masa lalu, tapi untuk menata masa depan,” tutup Fadli.
Sebagaimana diketahui, dalam kunjungan tersebut, Fadli turut didampingi oleh Wakil Gubernur NTT, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI, beserta jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT dan Dinas Kebudayaan setempat.