Pemerintahan Presiden (AS) mengatakan akan menghentikan untuk menerima mahasiswa asing, jika universitas terkemuka dunia itu masih tidak menyetujui tuntutan pemerintah yang akan menempatkannya di bawah pengawasan.
Trump sangat marah pada Harvard, universitas ternama yang telah menghasilkan 162 peraih Nobel, karena menolak permintaannya untuk tunduk pada pengawasan penerimaan mahasiswa, perekrutan, dan kecenderungan politik.
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, seperti dilansir AFP dan Reuters, Kamis (17/4/2025), menegaskan Harvard akan kehilangan kemampuannya untuk menerima mahasiswa asing jika tidak memenuhi tuntutan pemerintahan Trump, mencakup agar Harvard membagikan informasi soal beberapa pemegang visa.
Hal itu menandai eskalasi terbaru pemerintahan Trump terhadap lembaga pendidikan tersebut.
Menteri Keamanan Dalam Negeri AS (DHS), Kristi Noem, juga mengumumkan penghentian dua hibah DHS yang besarnya mencapai lebih dari US$ 2,7 juta untuk Harvard.
Noem mengatakan dirinya telah menyurati Harvard yang isinya menuntut catatan tentang apa yang disebutnya sebagai “kegiatan ilegal dan tindak kekerasan” oleh para pemegang visa mahasiswa asing di Harvard pada 30 April lalu.
“Dan jika Harvard tidak dapat memverifikasi bahwa universitas tersebut sepenuhnya mematuhi persyaratan pelaporannya, maka universitas tersebut akan kehilangan hak istimewa untuk menerima mahasiswa asing,” tegas Noem dalam pernyataannya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Juru bicara Harvard mengatakan pihak universitas mengetahui soal surat Noem “mengenai pembatalan hibah dan pemeriksaan visa mahasiswa asing.”
Namun ditegaskan oleh juru bicara itu bahwa Harvard tetap pada pernyataannya yang disampaikan pada awal minggu untuk “tidak menyerahkan independensinya atau melepaskan hak konstitusionalnya” sambil menyatakan akan mematuhi hukum.
Pemerintahan Trump mengancam universitas-universitas di AS dengan pemotongan dana federal terkait aksi pro-Palestina yang digelar di banyak kampus. Trump menggambarkan para demonstran pro-Palestina sebagai ancaman kebijakan luar negeri, dan menuduh mereka antisemitisme serta bersimpati pada Hamas.
Para demonstran di kampus-kampus AS, termasuk beberapa kelompok Yahudi, mengatakan pemerintahan Trump secara keliru mencampuradukkan advokasi mereka untuk hak Palestina dan kritikan terhadap tindakan Israel di Jalur Gaza, dengan dukungan untuk ekstremisme dan antisemitisme.
Trump juga berupaya mendeportasi para demonstran asing dan telah mencabut ratusan visa di berbagai wilayah AS. Harvard sebelumnya menegaskan pihaknya berupaya memerangi antisemitisme dan prasangka lain di kampusnya, sembari menjaga kebebasan akademis dan hak untuk melakukan protes.