Pengusutan Dugaan Kekerasan dan Perbudakan di Oriental Circus Indonesia (OCI)

Posted on

Pengusutan dugaan Oriental Circus Indonesia (OCI) Taman Safari Indonesia dimulai. Ditemui infocom di kantornya, Wakil Menteri HAM Mugiyanto mengatakan sudah melaksanakan audiensi dengan para mantan pemain sirkus OCI pada Selasa (15/4). Dalam audiensi itu, Mugiyanto mendapat beberapa aduan, beberapa di antaranya dugaan praktik kekerasan dan perbudakan.

“Ada kemungkinan banyak sekali tindak pidana yang terjadi di sana. Banyak kekerasannya. Ada aspek yang penting juga yang tidak orang pikirkan, itu tentang identitas mereka. Padahal identitas seseorang itu adalah hak dasar. Mereka tidak tahu siapa asal-usulnya, siapa orang tuanya. Ini harus kita carikan jalan bagi mereka untuk mengetahui siapa diri mereka,” ungkap Mugiyanto kepada infocom, Rabu (16/4).

Sementara itu, dalam wawancara di program infoPagi edisi Kamis (17/4/2025), perwakilan eks pegawai OCI yang ikut mengadu ke KemenHAM pada Selasa (15/4) memaparkan beberapa kejadian yang ia alami saat masih masih menjadi anggota OCI.

Vivi, salah satu eks pemain sirkus OCI, mengatakan tidak pernah tahu bagaimana dirinya bisa bergabung di sana. Ia menyebut masih terlalu kecil saat itu.

“Setahu saya, saya umur 2 tahun saya sudah berada di rumah Pondok Indah, sudah mulai latihan teknik-teknik sirkus yang gampang-gampang gitu,” kata Vivi.

Vivi juga mengatakan, selama berlatih, kerap mendapatkan perlakuan kasar serta berbagai hukuman, seperti dimasukkan ke dalam kandang harimau.

“Suatu saat itu saya ada penggemar mau kenal sama saya. Padahal itu cuma lewat pagar, lubang kecil. Penggemar itu manggil-manggil. Belum sempat mengobrol, saya ketahuan. Setelah ketahuan, saya ditarik, dimasukin ke kandang macan. Itu selama tiga hari saya dimasukkan di kandang macan. Itu saya sebelahan sama macan yang ada di dalam kandang itu,” aku Vivi.

Hal serupa diungkap oleh Butet, mantan anggota OCI yang lain. Ia mengatakan juga tidak ingat kapan dirinya bergabung dengan OCI.

“Ada senior yang bilang, waktu itu saya di Balikpapan Petojo (Jakarta), itu saya awalnya di situ. Itu kata senior saya waktu itu umur 2 tahunan,” kata Butet.

“Terus saya umur 3 tahunan itu saya dibawa ke Oriental Circus. Terus saya langsung dilatih dengan teman-teman, di situ sudah banyak anak-anak yang lain,” lanjutnya.

Lalu bagaimana tanggapan pihak Taman Safari Indonesia terkait laporan ini? Benarkah praktik eksploitasi anak ini terjadi atas sepengetahuan pihak manajemen? Menghadirkan perwakilan dari Taman Safari Indonesia, ikuti paparannya dalam Editorial Review.

Beralih ke topik lain, hari ini akan bergabung dengan Jurnalis infoJabar untuk membahas lebih dalam aturan baru yang disampaikan oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Seperti diberitakan oleh infoJabar sebelumnya, Dedi menyebut melarang adanya kegiatan meminta sumbangan atau pungutan di jalan raya. Apa sebabnya? Kapan aturan ini akan berjalan? Ikuti Laporan tim infoJabar selengkapnya.

Untuk menutup edisi kali ini, infoSore akan mengajak semua infoers untuk kembali ke era keemasan di zaman anak-anak. Di era digital, permainan tradisional sudah mulai ditinggalkan. Namun ada salah satu komunitas yang berusaha menghidupkan kembali permainan tempo doeloe dengan cara yang unik. Permainan yang dimainkan pun beragam, mulai lompat karet, bentengan, congklak, hingga petak umpet. Seperti apa usaha Komunitas Bermain dalam melestarikan permainan tradisional? Temukan jawabannya bersama Akihiko Akira, Founder Komunitas Bermain jelang matahari tenggelam nanti.

Ikuti terus ulasan mendalam berita-berita hangat infocom dalam sehari yang disiarkan secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 15.30-18.00 WIB, di 20.info.com dan TikTok infocom. Jangan ketinggalan untuk mengikuti analisis pergerakan pasar saham jelang penutupan IHSG di awal acara. Sampaikan komentar Anda melalui kolom live chat yang tersedia.

“info Sore, Nggak Cuma Hore-hore!”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *