Perang Thailand-Kamboja Memanas, Presiden Buruh ASEAN Serukan Perdamaian

Posted on

Peperangan antara Thailand dan Kamboja kian memanas dan kini tercatat 33 warga tewas. Presiden Konfederasi Buruh Andi Gani Nena Wea menyerukan pentingnya menahan diri dan menjaga perdamaian.

Andi Gani mengaku prihatin atas ketegangan yang terjadi antara dua negara Asia Tenggara tersebut. Ia berencana menemui pimpinan konfederasi buruh Thailand dan Kamboja dalam waktu dekat untuk mendorong masing-masing pemerintahan mencari jalan damai.

“Saya sangat prihatin dengan situasi yang terjadi. Tahun lalu saya sempat melakukan kunjungan kerja ke kedua negara sebagai Presiden Konfederasi Buruh Asia Tenggara,” kata Andi Gani kepada wartawan, Sabtu (26/7/2025).

Andi Gani yang saat ini memimpin 11 juta buruh di kawasan ASEAN berharap seluruh pihak bisa menahan diri dan mengutamakan dialog sebagai solusi utama. Dia menilai, hubungan antara Kamboja dan Thailand selama ini sebenarnya terjalin dengan sangat baik, termasuk di antara organisasi buruh kedua negara.

Apalagi, katanya, menjelang pertemuan tahunan ASEAN TUC yang akan digelar pada September mendatang di Bangkok, Thailand, dia berharap besar forum tersebut dapat menjadi sarana untuk mendorong perdamaian.

“Pertemuan tahunan ASEAN TUC diharapkan bisa mendorong perdamaian secara menyeluruh di kawasan. Perang hanya akan membawa kehancuran,” tegas Presiden KSPSI tersebut.

Sebelumnya, bentrokan perbatasan antara Thailand dan Kamboja memasuki hari ketiga pada Sabtu (26/7), meskipun ada seruan gencatan senjata segera dari Phnom Penh. Otoritas Thailand melaporkan jumlah korban tewas akibat serangan-serangan militer Kamboja kembali bertambah menjadi sedikitnya 20 orang.

Pertikaian perbatasan sejak lama antara kedua negara kembali memanas hingga menjadi pertempuran intens, yang melibatkan jet tempur, artileri, tank, dan pengerahan pasukan darat pada Kamis (24/7) dan berlanjut hingga Sabtu (26/7).

Kedua negara, seperti dilansir AFP, Sabtu (26/7/2025), melaporkan bentrokan kembali terjadi pada Sabtu (26/7) pagi, sekitar pukul 05.00 waktu setempat, dengan Kamboja menuduh militer Thailand menembakkan “lima peluru artileri berat” ke sejumlah lokasi di Provinsi Pursat, yang berbatasan dengan Provinsi Trat di Thailand.

Sedangkan militer Thailand, menurut laporan Bangkok Post, melaporkan pertempuran meletus di area Ban Chamrak, distrik Muang, pada akhir pekan.

Sejumlah jurnalis AFP di kota Samraong, Kamboja, dekat area perbukitan yang dipenuhi hutan melaporkan wilayah itu menjadi lokasi pertempuran paling sengit. Mereka mendengar dentuman artileri pada Sabtu (26/7) siang waktu setempat.

Seorang warga desa Thailand yang dihubungi melalui telepon saat berlindung di sebuah bunker di Provinsi Sisaket — hanya 10 kilometer dari perbatasan — juga melaporkan dirinya mendengar tembakan artileri.

Laporan terbaru militer Thailand menyebut lima tentaranya tewas pada Jumat (25/7), sehingga jumlah korban tewas di negara tersebut bertambah menjadi sedikitnya 20 orang sejauh ini. Para korban tewas itu terdiri atas 14 warga sipil dan enam tentara Thailand.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan Kamboja melaporkan sedikitnya 13 orang tewas — terdiri atas delapan warga sipil dan lima tentara — akibat serangan militer Thailand. Lebih dari 70 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan lintas perbatasan itu.

Secara total, sedikitnya 33 orang tewas dalam bentrokan berdarah di perbatasan Thailand dan Kamboja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *