Umat Katolik di seluruh dunia tengah menjalani Pekan Suci, yang dimulai dengan Minggu Palma (13/4) dan akan mencapai puncaknya pada Minggu Paskah (20/4). Pekan Suci ini merupakan bagian integral dari masa Prapaskah, sebuah periode persiapan spiritual untuk merayakan kebangkitan Yesus Kristus.
Persiapan Paskah ditandai dengan praktik doa, amal kasih, pantang, dan puasa (selama masa Prapaskah). Tujuan dari laku spiritual ini adalah untuk mencapai kemenangan atas dosa, bangkit bersama Kristus, dan pembaharuan seluruh ciptaan. Dengan demikian, Masa Prapaskah dan Paskah seharusnya tidak hanya menjadi serangkaian ritual, tetapi juga menghasilkan buah nyata dalam kehidupan umat Kristiani, tercermin dalam tindakan nyata bagi sesama dan lingkungan alam.
Saat ini, dunia dihadapkan pada dua isu global krusial: dehumanisasi dan krisis lingkungan. Lantas, bagaimana perayaan Paskah dapat berkontribusi pada aksi cinta kemanusiaan dan pelestarian lingkungan hidup?
Makna Perayaan Pekan Suci
Pekan Suci diawali dengan Minggu Palma yang mempertemukan nubuat tentang kemuliaan Kristus sebagai Raja dengan pengumuman tentang penderitaan-Nya. Pada hari ini, umat Kristiani mengenang kedatangan Yesus ke Yerusalem yang disambut dengan meriah, dilambangkan dengan lambaian daun palma. Peristiwa ini dirayakan melalui perarakan daun palma, sementara kesengsaraan Kristus direfleksikan dalam pembacaan Kisah Sengsara saat Ekaristi.
Bagi umat Kristiani, Yesus adalah Raja semesta alam, bukan dalam pengertian kekuasaan duniawi, melainkan sebagai Pencipta dan Penebus. Teologi Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah Sabda Allah yang menjelma menjadi manusia (Yoh. 1:1-3; Kol 1:15-17), melalui-Nya segala sesuatu diciptakan dan di dalam Dia segala sesuatu beroleh kehidupan.
Selanjutnya, umat Kristiani merayakan inti dari karya Penebusan melalui Tri Hari Paskah, yang meliputi Misa Sore Perjamuan Terakhir pada Kamis Putih, Jumat Agung, dan Vigili Paskah hingga Minggu Paskah. Rangkaian perayaan selama tiga hari ini memperingati penyaliban, pemakaman, dan kebangkitan Yesus Kristus.
Secara khusus, Kamis Putih mengenang Perjamuan Malam Terakhir, saat Yesus menginstitusikan Sakramen Ekaristi dan Sakramen Imamat, serta memberikan perintah tentang cinta persaudaraan. Injil pada Kamis Putih (Yoh. 13:1-15) meneladankan kasih melalui tindakan membasuh kaki para murid. Yesus bersabda, “Jikalau Aku Tuhan dan Gurumu membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki.”
Pada Jumat Agung, Gereja merenungkan penderitaan Yesus dan mempelai-Nya (Gereja), menghormati Salib-Nya, mengenang kelahiran Gereja dari lambung Kristus di kayu salib, dan mendoakan keselamatan seluruh dunia. Penghormatan Salib Kristus menjadi inti perayaan ini, bukan sebagai penyembahan berhala, melainkan sebagai pengakuan atas pengorbanan Yesus yang mengubah salib menjadi simbol kemenangan atas dosa dan maut, untuk keselamatan manusia dan pembaruan seluruh ciptaan (Rom 8:19-23).
Sabtu Suci atau Malam Paskah adalah waktu ketika Yesus turun ke tempat penantian, dunia orang mati, beristirahat setelah menyelesaikan misi penebusan-Nya. Pada malam ini, Gereja berjaga dalam doa, menantikan kebangkitan Tuhan.
Minggu Paskah merayakan kebangkitan Kristus dari alam maut. Perayaan ini bukan sekadar peringatan, melainkan penegasan bahwa umat Kristiani telah dibebaskan dari dosa dan dipanggil untuk bangkit menuju hidup baru, menjadi saksi Injil dan kehidupan kekal bersama Tuhan.
Paskah sebagai Landasan Cinta Kemanusiaan dan Alam
Perayaan Paskah memiliki kaitan erat dengan seruan untuk mencintai sesama dan alam. Momen ini sangat tepat untuk memperkuat semangat cinta kemanusiaan dan pelestarian lingkungan hidup.
Paskah menegaskan kembali kasih Allah yang universal bagi seluruh umat manusia dan ciptaan, serta menjadi momen pemulihan hubungan yang rusak akibat dosa. Kebangkitan Kristus mengajarkan bahwa kasih Allah melampaui batas-batas kemanusiaan, menunjukkan solidaritas-Nya dengan penderitaan manusia, dan menjanjikan kehidupan baru. Hal ini mendorong umat Kristiani untuk mencintai sesama dengan tulus, memperjuangkan keadilan, dan membela kaum lemah, kecil, dan miskin.
Bagi umat Kristiani, alam semesta adalah ciptaan Allah yang harus dijaga dan dihormati. Kebangkitan Kristus membawa pesan pemulihan bagi seluruh ciptaan. Oleh karena itu, umat Kristiani dipanggil untuk merawat lingkungan sebagai bagian dari iman mereka, menyadari bahwa manusia memiliki tanggung jawab ekologis untuk memelihara ciptaan Allah.
Seruan Aksi Nyata
Refleksi teologis atas perayaan Paskah seharusnya berbuah pada tindakan nyata. Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), melalui materi pendalaman dan Aksi Puasa Pembangunan (APP) 2025, mengajak umat Katolik untuk menggali spiritualitas inkarnasi, melihat realitas kemanusiaan dan krisis iklim dengan hati seperti Yesus, dan berkomitmen pada aksi nyata bagi kemanusiaan dan pelestarian lingkungan.
Di tingkat komunitas, seperti yang penulis alami, aksi nyata ini terwujud dalam pembagian sembako dan THR bagi yang membutuhkan, serta gotong royong menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah banjir.
Seruan APP KAJ ini selaras dengan Deklarasi Istiqlal yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA. Deklarasi tersebut menyoroti krisis dehumanisasi (tercermin dalam berbagai konflik global) dan krisis iklim sebagai masalah mendesak yang perlu diatasi bersama oleh seluruh umat beragama.
Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid Istiqlal menyerukan kepada umat lintas agama untuk mengatasi krisis kemanusiaan dan melestarikan lingkungan. Seruan ini sejalan dengan Ensiklik Laudato Si’ dari Paus Fransiskus yang menghubungkan iman Kristiani dengan tanggung jawab ekologis dan menyerukan “pertobatan ekologis”, mengajak semua orang untuk menjaga alam sebagai warisan yang layak bagi generasi mendatang.
Paskah menjadi landasan spiritual yang kuat bagi umat Kristiani untuk memperkokoh cinta terhadap sesama dan alam. Perayaan ini mengingatkan bahwa seluruh ciptaan adalah bagian dari rencana keselamatan Allah.
Pormadi Simbolon alumnus Magister Ilmu Filsafat STF Driyarkara, Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Provinsi Banten