Pernahkah kita merenung sejenak, mengapa meskipun Indonesia telah menempuh berbagai reformasi dan berinvestasi besar-besaran dalam sektor pendidikan selama beberapa dekade terakhir, hasil yang diperoleh masih jauh dari kata memuaskan? Banyak dari kita mungkin merasa bahwa pendidikan kita berjalan di tempat, bahkan seperti berputar dalam lingkaran masalah yang sama tanpa solusi yang nyata. Para guru yang seharusnya menjadi ujung tombak dalam membentuk karakter dan intelektualitas generasi muda, justru kerap kali terjebak dalam kebingungan akibat kebijakan yang berubah-ubah tanpa dasar filosofis yang jelas.
Situasi ini menimbulkan gambaran seolah-olah sistem pendidikan kita sedang menyusuri hutan lebat tanpa peta yang jelas, tanpa arah yang pasti, dan tanpa kompas yang dapat membimbing setiap langkah. Ini bukan sekadar persoalan teknis atau administratif, melainkan sebuah luka mendalam yang membekas dalam struktur pendidikan nasional kita, ketiadaan falsafah pendidikan nasional yang menjadi landasan filosofis dan moral pendidikan kita selama ini.
Dari Dasar Negara ke Realitas Pendidikan
Sejak kemerdekaan, pendidikan selalu dianggap sebagai fondasi utama dalam membangun masa depan bangsa. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 telah memberikan pijakan yang seharusnya menjadi landasan moral dan filosofis dalam menjalankan pendidikan. Namun demikian, keberadaan sebuah falsafah pendidikan nasional yang secara eksplisit menjelaskan tujuan, nilai, dan makna pendidikan sebagai suatu sistem yang utuh masih sangat minim bahkan nyaris absen. Dalam praktiknya, pendidikan kita bergerak secara dinamis dan cepat, namun tanpa arah yang jelas dan konsisten.
Dalam konteks global yang menuntut bangsa ini untuk beradaptasi dengan revolusi digital, kemajuan teknologi, dan dinamika sosial yang semakin kompleks, ketiadaan falsafah pendidikan yang kuat menjadi hambatan besar bagi pembangunan pendidikan nasional yang berkelanjutan. Dalam keadaan seperti ini kita patut bertanya bagaimana sebuah sistem pendidikan bisa berfungsi optimal tanpa memiliki pijakan filosofi yang menjadi kompas dan panduan utama?
Falsafah Pendidikan Nasional adalah Kunci Utama Perbaikan
Saya percaya bahwa masalah utama yang menghambat kemajuan pendidikan nasional bukanlah sekadar pada pelaksanaan kebijakan atau manajemen pendidikan semata, melainkan lebih mendasar pada ketiadaan falsafah pendidikan nasional yang jelas dan menyeluruh. Tanpa fondasi filosofis yang kuat, arah dan tujuan pendidikan menjadi kabur, sehingga setiap perubahan dan inovasi yang dilakukan cenderung bersifat fragmentaris dan tidak berkelanjutan. Pendidikan yang seharusnya menjadi alat untuk membentuk karakter, nilai, dan identitas bangsa akhirnya terjebak dalam rutinitas administratif dan pencapaian angka-angka semata. Oleh karena itu, menyusun dan mengimplementasikan falsafah pendidikan nasional yang komprehensif dan kontekstual menjadi keharusan yang tidak bisa ditawar lagi. Ini bukan hanya soal teori, tapi soal masa depan bangsa yang bergantung pada kualitas pendidikan yang bermakna dan terarah.
Mengapa Falsafah Pendidikan Itu Sangat Penting?
Pertama, ketidakhadiran falsafah pendidikan menyebabkan kebijakan pendidikan di Indonesia cenderung bersifat temporer dan reaktif terhadap berbagai tekanan, baik dari dalam maupun luar negeri. Contoh paling nyata adalah seringnya terjadi pergantian kurikulum dalam kurun waktu yang relatif singkat, yang menyebabkan guru dan siswa merasa terombang-ambing dan kehilangan arah. Perubahan yang seharusnya berdampak positif malah menciptakan kebingungan dan ketidakpastian, sehingga pada akhirnya mengganggu proses pembelajaran. Data dari Programme for International Student Assessment (PISA) yang menunjukkan posisi Indonesia yang masih jauh di bawah negara-negara OECD menegaskan bahwa masalah pendidikan kita bukan hanya soal konten atau metode, tetapi juga soal manajemen dan filosofi yang mendasari sistem itu sendiri.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Kedua, pendidikan sejatinya lebih dari sekadar transfer pengetahuan; pendidikan adalah proses pembentukan karakter dan nilai-nilai sosial yang akan menjadi fondasi bagi masa depan bangsa. Negara-negara maju seperti Finlandia dan Jepang yang berhasil menempatkan pendidikan sebagai motor kemajuan nasional memiliki falsafah pendidikan yang sangat jelas dan terintegrasi dalam setiap aspek sistemnya. Finlandia, misalnya, mengedepankan prinsip pendidikan inklusif, pengembangan kemampuan individu secara holistik, dan nilai-nilai tanggung jawab sosial serta kesetaraan. Mereka memiliki kompas pendidikan yang jelas sehingga setiap inovasi dan kebijakan tetap selaras dengan tujuan pendidikan nasional. Sementara di Indonesia, tanpa falsafah yang jelas, kebijakan sering kali bersifat parsial dan terputus-putus, sehingga sulit menciptakan pendidikan yang berkesinambungan dan berdampak jangka panjang.
Tantangan dalam Merumuskan Falsafah Pendidikan
Meskipun penting, merumuskan falsafah pendidikan nasional yang mampu mengakomodasi keragaman budaya, agama, bahasa, dan tradisi yang sangat kaya di Indonesia bukanlah tugas yang mudah. Negara kita terdiri dari banyak kelompok masyarakat dengan nilai-nilai lokal yang unik, yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Di sinilah tantangan besar muncul: bagaimana merancang sebuah falsafah pendidikan yang tidak hanya bersifat universal dan inklusif, tetapi juga mampu menghormati dan mengakomodasi keberagaman tersebut tanpa menimbulkan konflik? Di samping itu, keberhasilan falsafah pendidikan tidak hanya bergantung pada rumusan teoritisnya saja, melainkan juga pada sistem pelaksanaannya yang transparan, partisipatif, dan didukung oleh komitmen politik yang kuat. Tanpa itu, falsafah pendidikan hanya akan menjadi dokumen formal yang tidak lebih dari sekadar teks di atas kertas tanpa dampak nyata di lapangan.
Menyusun Peta Jalan Pendidikan yang Bermartabat untuk Masa Depan Bangsa
Membangun sistem pendidikan yang bermartabat bukan hanya tentang mengisi ruang kelas dengan materi pelajaran yang padat, melainkan lebih jauh dari itu: menanamkan nilai-nilai luhur dan memberikan arah yang jelas bagi generasi penerus bangsa. Ketiadaan falsafah pendidikan nasional adalah luka yang telah lama menganga dalam sistem kita. Jika dibiarkan terus menerus tanpa tindakan nyata, luka ini tidak hanya akan memperlambat kemajuan pendidikan, tetapi juga bisa menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, sudah saatnya kita bersama-sama mengambil langkah tegas untuk merumuskan dan mengimplementasikan falsafah pendidikan nasional yang tidak hanya menjadi pedoman filosofis, tetapi juga menjadi sumber inspirasi dan kekuatan untuk semua pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan. Mari kita renungkan bersama, apakah kita siap untuk keluar dari zona nyaman dan melakukan perubahan mendasar? ataukah kita memilih untuk terus berjalan tanpa peta dengan risiko tersesat dalam kebingungan dan stagnasi yang berkepanjangan?
Karunia Kalifah Wijaya. Guru Bimbingan Konseling SMP Muhammadiyah 1 Berbah