Topan Kalmaegi Mengamuk di Filipina, 66 Orang Tewas

Posted on

Jumlah korban tewas akibat Topan Kalmaegi di meningkat menjadi 66 orang pada hari Rabu (5/11). Penduduk provinsi Cebu merupakan yang paling parah dilandayang dipicu oleh Topan Kalmaegi.

terparah yang disebut belum pernah terjadi sebelumnya, telah melanda kota-kota besar dan kecil, menyapu mobil, truk, dan bahkan kontainer pengiriman besar.

Cebu menyumbang 49 korban jiwa, kata wakil administrator pertahanan sipil Rafaelito Alejandro dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio lokal DZMM. Dia pun mengonfirmasi jumlah keseluruhan korban.

“Kota-kota besarlah yang terdampak (banjir), daerah-daerah yang sangat urban,” kata Alejandro, menambahkan bahwa 26 orang masih hilang.

“Semua banjir telah surut. Tantangan kami sekarang adalah membersihkan puing-puing yang menghalangi jalan kami,” imbuhnya, dilansir kantor berita AFP, Rabu (5/11/2025).

Reporter AFP pada Rabu pagi berbicara dengan warga saat mereka membersihkan jalan-jalan, yang sehari sebelumnya merupakan sungai.

“Banjir di sini kemarin sangat parah,” ujar Reynaldo Vergara, 53 tahun, seraya menambahkan bahwa semua barang di toko kecilnya telah hanyut.

“Sungai meluap. Dari sanalah air berasal,” katanya.

Dalam 24 jam sebelum Kalmaegi menerjang daratan, wilayah di sekitar Kota Cebu diguyur hujan dengan curah 183 milimeter (tujuh inci), jauh di atas rata-rata bulanan 131 milimeter, kata pakar cuaca Charmagne Varilla kepada AFP.

Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa badai menjadi lebih kuat akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Lautan yang lebih hangat memungkinkan topan menguat dengan cepat, dan atmosfer yang lebih hangat menahan lebih banyak kelembapan, yang berarti curah hujan yang lebih deras.

Hingga Rabu (5/11) pukul 8 pagi waktu setempat, Topan Kalmaegi bergerak ke arah barat menuju pusat wisata Palawan, dengan kecepatan angin 120 kilometer (75 mil) per jam dan hembusan 165 km/jam.

Filipina dilanda rata-rata 20 badai dan topan setiap tahun, yang secara rutin menghantam daerah rawan bencana di mana jutaan orang hidup dalam kemiskinan.

Dalam 24 jam sebelum Kalmaegi menerjang daratan, wilayah di sekitar Kota Cebu diguyur hujan dengan curah 183 milimeter (tujuh inci), jauh di atas rata-rata bulanan 131 milimeter, kata pakar cuaca Charmagne Varilla kepada AFP.

Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa badai menjadi lebih kuat akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Lautan yang lebih hangat memungkinkan topan menguat dengan cepat, dan atmosfer yang lebih hangat menahan lebih banyak kelembapan, yang berarti curah hujan yang lebih deras.

Hingga Rabu (5/11) pukul 8 pagi waktu setempat, Topan Kalmaegi bergerak ke arah barat menuju pusat wisata Palawan, dengan kecepatan angin 120 kilometer (75 mil) per jam dan hembusan 165 km/jam.

Filipina dilanda rata-rata 20 badai dan topan setiap tahun, yang secara rutin menghantam daerah rawan bencana di mana jutaan orang hidup dalam kemiskinan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *