Trump Tiba-tiba Tuduh Obama Lakukan Pengkhianatan, Ada Apa?

Posted on

Presiden (AS) tiba-tiba menuduh mantan Presiden telah melakukan “pengkhianatan”. Trump dalam tuduhannya mengklaim Obama telah memimpin upaya untuk mengaitkan dirinya secara keliru dengan dan merusak kampanye pilpres tahun 2016 lalu.

Tuduhan itu, seperti dilansir Reuters, Rabu (23/7/2025), dilontarkan Trump tanpa memberikan bukti yang kuat. Juru bicara Obama, dalam tanggapannya, mengecam klaim yang dilontarkan Trump soal Presiden ke-44 AS tersebut.

“Tuduhan aneh ini sungguh konyol dan merupakan upaya pengalihan perhatian yang lemah,” kata juru bicara Obama dalam pernyataannya.

Meskipun Trump sering menyerang Obama secara langsung, namun Presiden AS dari Partai Republik itu, sejak kembali menjabat pada Januari lalu, belum pernah bertindak sejauh ini dengan menuding pendahulunya dari Partai Demokrat itu dengan tuduhan-tuduhan kriminal.

Tuduhan untuk Obama dilontarkan Trump saat berbicara di Ruang Oval Gedung Putih pada Selasa (22/7) waktu setempat. Pada momen itu, Trump menanggapi pernyataan Direktur Intelijen Nasional AS Tulsi Gabbard pada Jumat (18/7) lalu, di mana Gabbard mengancam akan merujuk para pejabat pemerintahan Obama ke Departemen Kehakiman untuk diadili atas penilaian intelijen soal campur tangan Rusia dalam pemilu 2016.

Gabbard mendeklasifikasikan dokumen-dokumen terkait hal itu dan menyebut informasi yang dirilisnya menunjukkan adanya “konspirasi pengkhianatan” pada tahun 2016 oleh para pejabat tinggi pemerintahan Obama untuk melemahkan Trump.

Klaim semacam itu dikecam oleh Partai Demokrat sebagai klaim palsu dan bermotif politik.

“Itu ada di sana, dia bersalah. Ini pengkhianatan,” cetus Trump dalam komentarnya pada Selasa (22/7) yang merujuk pada Obama, meskipun dia tidak memberikan bukti atas klaimnya itu.

“Mereka mencoba untuk mencuri pemilu, mereka mencoba untuk mengaburkan pemilu. Mereka melakukan hal-hal yang tidak pernah dibayangkan siapa pun, bahkan di negara-negara lainnya,” sebut Trump dalam tuduhannya.

Penilaian intelijen AS soal campur tangan Rusia dalam pemilu 2016, yang dirilis pada Januari 2017, menyimpulkan bahwa Rusia, dengan menggunakan disinformasi media sosial, peretasan, dan bot farm Rusia, berupaya merusak kampanye pilpres Hillary Clinton dari Partai Demokrat dan memperkuat Trump.

Namun penilaian intelijen itu juga menetapkan bahwa dampak sebenarnya kemungkinan terbatas dan tidak ada bukti bahwa upaya Moskow benar-benar mengubah hasil pemungutan suara.

Trump, yang memiliki sejarah panjang mempromosikan teori konspirasi palsu, telah berulang kali mengecam penilaian intelijen itu sebagai “hoaks”.

“Mereka mencoba untuk mencuri pemilu, mereka mencoba untuk mengaburkan pemilu. Mereka melakukan hal-hal yang tidak pernah dibayangkan siapa pun, bahkan di negara-negara lainnya,” sebut Trump dalam tuduhannya.

Penilaian intelijen AS soal campur tangan Rusia dalam pemilu 2016, yang dirilis pada Januari 2017, menyimpulkan bahwa Rusia, dengan menggunakan disinformasi media sosial, peretasan, dan bot farm Rusia, berupaya merusak kampanye pilpres Hillary Clinton dari Partai Demokrat dan memperkuat Trump.

Namun penilaian intelijen itu juga menetapkan bahwa dampak sebenarnya kemungkinan terbatas dan tidak ada bukti bahwa upaya Moskow benar-benar mengubah hasil pemungutan suara.

Trump, yang memiliki sejarah panjang mempromosikan teori konspirasi palsu, telah berulang kali mengecam penilaian intelijen itu sebagai “hoaks”.