Wamensos Cek Langsung Rumah Calon Siswa Sekolah Rakyat di Yogyakarta

Posted on

Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono melakukan kunjungan langsung ke rumah calon siswa Sekolah Rakyat, Alfian (15) dan Galuh (14) di Yogyakarta. Kedatangannya untuk memverifikasi mereka benar-benar dari keluarga miskin, dan memastikan program Sekolah Rakyat yang menjadi prioritas Presiden Prabowo tepat sasaran.

“Perintah Bapak Presiden dalam Sidang Kabinet sangat jelas, Sekolah Rakyat harus dibuka tahun ini, dan dimulai dari anak-anak yang benar-benar berasal dari keluarga tidak mampu. Kami ground checking ke berbagai daerah. Makassar, Jawa Timur, sekarang Yogyakarta dan hari ini kami bertemu langsung dengan Galuh dan Alfian,” ujar Agus Jabo dalam keterangan tertulis, Sabtu (10/5/2025).

Dia mengatakan pemerintah menargetkan pembukaan 100 Sekolah Rakyat tahun ini, dengan tahap awal di 53 titik. Ia pun menegaskan hadirnya program Sekolah Rakyat bukan hanya menyediakan akses pendidikan, tetapi juga untuk membentuk karakter kebangsaan, keagamaan, dan keterampilan vokasional.

“Kalau setelah lulus SMA anak-anak belum bisa kuliah, mereka sudah siap kerja. Sekolah Rakyat akan membekali keterampilan yang relevan,” tambahnya.

Diketahui, Galuh dan Alfian berasal dari keluarga dengan kategori desil 1 pada Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), yaitu keluarga miskin. Alfian merupakan sulung dari empat bersaudara, salah satu saudaranya mengalami lumpuh layu sejak kecil. Ayahnya, Ngadiman, sehari-hari bekerja sebagai buruh tani demi mencukupi kebutuhan keluarga.

Rumah yang dihuni Alfian dan keluarganya terletak di Desa Ngestiharjo, Bantul. Rumah tersebut berdiri di atas tanah milik orang lain. Bangunannya semi permanen, berdinding papan yang mulai lapuk dan beratapkan seng bekas yang tak sepenuhnya menutup ruangan, membuat hujan dan angin mudah masuk.

Di sudut ruangan yang sempit, sang adik yang mengalami lumpuh layu berbaring di atas kasur, nyaris menyentuh lantai. Kondisi rumah Alfian mencerminkan beratnya perjuangan keluarga ini menjalani kehidupan sehari-hari. Kepada Alfian, Agus Jabo berpesan agar tetap semangat dalam belajar dan yakin cita-citanya menjadi prajurit TNI tercapai.

“Mudah-mudahan tahun ini, bulan Juli bisa dibuka. Supaya Alfian nanti bisa sekolah di sana. Kan dekat sekolahnya. Jadi kalau kangen sama ibu segala macam, nanti ibu datang,” ujar Agus Jabo.

Adapun Galuh yang berhasil menamatkan sekolah menengah pertama, sedang dalam penantian agar dapat diterima di Sekolah Rakyat. Ayah Galuh telah meninggal dunia, sementara ibunya bekerja sebagai juru masak di rumah makan untuk menghidupi empat anak.

“Situasi seperti ini sangat umum di lapangan, penghasilan hanya Rp 1 juta-Rp 1,5 juta per bulan untuk menghidupi satu keluarga. Dalam kondisi seperti ini, membiayai sekolah anak-anak tentu sangat berat. Maka Sekolah Rakyat menjadi solusi nyata untuk memutus rantai kemiskinan antargenerasi,” terangnya.

Agus Jabo juga mendorong Galuh agar jangan rendah diri. “Kamu harus tangguh, menghormati ibumu yang hebat. Walaupun kurang mampu, kita tidak boleh rendah diri. Pemerintah akan hadir sekuat-kuatnya untuk mendampingi,” katanya.

Sementara itu, Alfian berharap bisa diterima di Sekolah Rakyat. Dengan begitu dia bisa meringankan beban keluarga.

“Saya berharap bisa diterima di Sekolah Rakyat, selain dekat dari rumah, halamannya luas dan saya pernah main ke sana. Saya ingin membantu keluarga dan bisa menjadi kebanggaan mereka,” kata Alfian.

Di sisi lain, Laras yang merupakan kakak dari Galuh mengucapkan terima kasih kepada pemerintah yang telah menggagas program Sekolah Rakyat.

“Terima kasih buat Bapak Presiden sudah memberikan program Sekolah Rakyat ini, untuk kami dan keluarga. Terima kasih juga Pak Menteri dan Wakil Menteri,” ucap Laras.

Simak juga video “Mensos: Pembangunan 100 Sekolah Rakyat Bakal Pakai APBN” di sini: