Wamentrans: Para Transmigran Ubah Sesuatu yang Tidak Ada Jadi Ada

Posted on

Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi menyampaikan transmigran merupakan patriot bangsa. Mereka ditempatkan di lahan-lahan kosong untuk mengolah lahan-lahan yang baru dibuka.

Seiring perjalanan waktu, Viva Yoga mengatakan aktivitas yang dilakukan oleh para transmigran menumbuhkan pusat ekonomi, budaya, dan pendidikan. Dari desa selanjutnya berkembang menjadi kecamatan, kabupaten, hingga provinsi.

“Para transmigran mengubah sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada,” ujar Viva Yoga dalam keterangan tertulis, Kamis (29/5/2025).

Hal tersebut disampaikannya saat menjadi tamu dalam Ngobrol Kebangsaan WRPodcast di Jakarta, Rabu (28/5).

Lebih lanjut, Viva Yoga menjelaskan transmigrasi yang dilakukan sejak tahun 1950 hingga di akhir tahun 2024 telah mampu melahirkan 1.567 desa definitif, 466 kecamatan definitif, 114 kabupaten/kota, dan 3 provinsi.

“Tiga provinsi itu adalah Sulawesi Barat, Kalimantan Utara, dan Papua Selatan,” ujarnya.

“Mulai dari desa hingga provinsi yang terbentuk menciptakan roda ekonomi masyarakat,” tambahnya.

Meski banyak kesempatan bekerja di luar negeri atau di kota-kota besar, Viva Yoga menyebut transmigrasi tetap menjadi program yang diminati oleh masyarakat. Pada tahun 2024, sudah ada sekitar 7.000 kepala keluarga yang ingin menjadi transmigran.

Ia mengungkapkan minat untuk bertransmigrasi tidak hanya dari masyarakat sendiri, banyak bupati dari luar Jawa juga ingin mendatangkan warga transmigran. Di antara kabupaten itu adalah Halmahera Selatan, Siak, Nias Utara, dan lainnya.

“Banyak bupati bertemu dengan saya yang berkeinginan untuk mendatangkan calon transmigran,” ungkap Viva Yoga.

Menurutnya, kepala daerah yang ingin mendatangkan transmigran merupakan buah dari paradigma baru transmigrasi di era Presiden Prabowo Subianto. Adapun paradigma baru ini tidak seperti pada masa lalu.

“Dulu sifatnya sentralistik dan top down, sekarang desentralistik dan bottom up,” tuturnya.

Viva Yoga mengungkapkan kepala daerah menginginkan transmigran karena mereka paham betul manfaat transmigran.

“Lahan-lahan kosong yang terhampar bila dimanfaatkan menjadi sawah atau perkebunan produktif akan menjadi sentra produksi beras dan kekuatan ekonomi lainnya di daerah tersebut”, ujar mantan anggota Komisi IV DPR itu.

“Sebagai sentra produksi beras membuat daerah transmigran bisa mencukupi kebutuhan kebutuhan pangannya sendiri,” tambahnya.

Untuk lebih menarik masyarakat bertransmigrasi, Viva Yoga mengatakan syarat yang diberlakukan juga semakin diperlonggar.

“Seperti Kementerian Ketenagakerjaan yang menghapus batas usia bagi pencari kerja, sekarang yang ingin ikut transmigrasi tidak harus berkeluarga?” jelas Viva Yoga.

Viva Yoga menegaskan mereka yang berstatus lajang juga bisa ikut transmigrasi. Adapun bagi warga lajang yang ingin menjadi transmigran bisa lewat program Transmigrasi Patriot.

“Mereka adalah mahasiswa yang diberi beasiswa oleh Kementerian Transmigrasi yang selanjutnya mengaplikasikan ilmunya di kawasan transmigrasi,” tuturnya.

Pada masa lalu, Viva Yoga mengatakan menjadi transmigran identik menjadi petani atau peladang di daerah baru. Namun saat ini, menjadi transmigran tak harus menjadi petani.

Menurutnya, adanya paradigma baru serta kebutuhan masing-masing daerah yang tak sama membuat banyak pilihan profesi bagi para transmigran.

“Ada daerah yang membutuhkan transmigran nelayan, pekerja kebun, tambang, dan lainnya,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *