Fadli Zon: Kebudayaan Bukan Beban Melainkan Potensi Ekonomi

Posted on

Menteri Kebudayaan Fadli Zon bakal memanfaatkan pendekatan struktural dan kolaboratif untuk meningkatkan peran budaya sebagai kekuatan ekonomi nasional. Ia juga akan melakukan restrukturisasi organisasi Kementerian Kebudayaan serta peluncuran Dewan Penyantun Museum dan Cagar Budaya yang melibatkan sektor swasta, filantropis, dan komunitas internasional.

Menurutnya, langkah reformasi ini bertujuan mengubah paradigma kebudayaan dari sekadar warisan pasif menjadi aset aktif yang memberikan dampak langsung bagi ekonomi masyarakat. Hal itu diungkapkan olehnya saat mengunjungi Balai Pelestatian Kebudayaan Wilayah X, Sleman, DIY, Jumat (18/4/2025).

“Kebudayaan bukan beban, melainkan potensi ekonomi. Kita ingin mengubah cara pandang itu dan menjadikannya pilar pembangunan nasional,” ujar Fadli Zon dalam keterangan tertulis, Sabtu (19/4/2025).

Fadli menjelaskan salah satu agenda besar yang dicanangkan yakni pemekaran pengelolaan kebudayaan di tingkat provinsi. Bali dan Nusa Tenggara Barat, sebagai daerah dengan kekayaan budaya tinggi akan mendapatkan unit khusus seperti Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) untuk memperkuat otonomi pengelolaan aset budaya.

Menurutnya, langkah ini akan diikuti lebih dari sepuluh provinsi lain yang disiapkan untuk mendapatkan struktur serupa.

“Setiap daerah punya karakteristik budaya yang unik, dan pengelolaan kebudayaan harus menyesuaikan diri dengan itu. Jakarta tidak bisa menjadi pusat kendali tunggal,” jelasnya.

Fadli Zon bakal mendorong optimalisasi aset budaya seperti museum, cagar budaya, dan situs sejarah sebagai penggerak ekonomi. Dia mengatakan peran BUMN dibutuhkan dalam mendukung Badan Layanan Umum (BLU) yang mengelola situs-situs budaya.

Menurutnya, keuntungan BUMN yang relevan seharusnya bisa dialirkan untuk pengembangan dan pelestarian budaya.

“Dengan pendekatan ekonomi budaya, kita bisa menciptakan nilai tambah yang langsung dirasakan masyarakat. Candi, museum, dan situs sejarah harus menjadi motor UMKM, industri kreatif, dan pariwisata,” jelasnya.

Dalam langkah revolusioner lainnya, Fadli membentuk Dewan Penyantun Museum dan Cagar Budaya sebagai Board of Trustees yang melibatkan pengusaha, tokoh masyarakat, dan pihak asing. Dewan ini menjadi wadah kolaborasi publik-swasta untuk penggalangan dana, pemugaran, hingga promosi situs budaya.

“Dengan keterbatasan APBN, pendekatan Public-private Partnership (PPP) menjadi kunci pelestarian. Budaya adalah urusan semua pihak, bukan hanya pemerintah,” ungkapnya.

Revitalisasi Prambanan dan Potensi Ziarah Budaya

Dalam aspek revitalisasi fisik, Fadli mengatakan akan berkolaborasi dengan India dalam pemugaran Candi Prambanan. Dia menyebut India sangat tertarik karena adanya kesamaan sejarah dan arsitektur candi Hindu di kedua negara.

India sebelumnya terlibat dalam revitalisasi situs seperti Angkor Wat di Vietnam, dan kini ingin memberikan kontribusi pada situs-situs Hindu di Indonesia.

“Ini bukan hanya pelestarian, tapi diplomasi budaya dan potensi pariwisata spiritual internasional,” ujar Fadli.

Dia pun menyinggung potensi Borobudur dan Prambanan sebagai destinasi ziarah internasional, terutama bagi komunitas Buddha dan Hindu dunia. Fadli berharap situs-situs ini bisa mendatangkan wisatawan berkualitas dan berdampak langsung pada ekonomi lokal.

Profesionalisme dan Storytelling di Situs Budaya

Dalam upaya meningkatkan pengalaman wisata budaya, Fadli Zon bakal mendorong sertifikasi pemandu wisata agar informasi yang disampaikan akurat dan memikat. Dia mencontohkan standar di Turki dan Kamboja, di mana tour guide memiliki lisensi dan keahlian storytelling yang kuat.

“Storytelling adalah ruh dari warisan budaya. Tanpa cerita yang hidup, museum dan situs sejarah hanyalah tumpukan benda mati,” katanya.

Tak luput dari perhatian, Fadli Zon mengakui kendala birokrasi dalam proyek pemugaran cagar budaya. Dia memastikan bakal menyederhanakan proses agar proyek-proyek strategis tidak terhambat.

Dia meyakini langkah-langkah strategis ini menandai arah baru kebijakan kebudayaan nasional yang tidak hanya berorientasi pada pelestarian. Tetapi hal ini juga pada pemanfaatan budaya untuk pembangunan berkelanjutan. Lewat langkah itu diharapkan kebudayaan kini sedang bergerak dari masa lalu menuju masa depan sebagai sumber inspirasi, kekuatan ekonomi, dan identitas bangsa.

“Kita butuh pendekatan cepat, efisien, dan transparan. Warisan budaya kita tidak boleh menunggu terlalu lama untuk kembali bersinar,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *