Gempar Rencana Israel Taklukkan Gaza, Arab Saudi Bilang Gini

Posted on

Pemerintah menyampaikan “penolakan tegas” terhadap rencana untuk memperluas serangannya di. Saudi menyerukan agar pelanggaran hukum internasional dihentikan.

“Arab Saudi dengan tegas menolak pengumuman otoritas pendudukan Israel tentang serangan dan kendali atas Jalur Gaza dan wilayah-wilayah Palestina,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi pada Rabu (7/5) waktu setempat, dilansir Al Arabiya dan AFP, Kamis (8/5/2025). Kementerian pun menyatakan penolakannya terhadap “pelanggaran hukum internasional yang terus berlanjut oleh Israel”.

Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa serangan baru di Gaza akan menjadi operasi militer intensif yang ditujukan untuk mengalahkan kelompok Hamas. Namun, dia tidak merinci seberapa banyak wilayah kantong itu akan direbut.

“Penduduk akan dipindahkan, untuk perlindungan mereka sendiri,” kata Netanyahu dalam sebuah video yang diunggah di media sosial X, dilansir Al Arabiya, Selasa (6/5). Ia mengatakan tentara Israel tidak akan masuk ke Gaza, melancarkan serangan, lalu mundur. “Tujuannya adalah sebaliknya,” katanya.

Hal ini disampaikan Netanyahu setelah kabinet keamanan Israel menyetujui perluasan operasi militer di Gaza termasuk “penaklukan” wilayah Palestina tersebut. Militer Israel pun telah memanggil puluhan ribu tentara cadangan untuk serangan itu.

Seorang pejabat keamanan senior Israel mengatakan operasi yang diperluas itu “akan mencakup, antara lain, penaklukan Jalur Gaza dan penguasaan wilayah itu, serta pemindahan pendudukke selatan demi perlindungan mereka.”

Selain menyetujui perluasan serangan, menurut laporan situs berita Ynet, kabinet keamanan Israel juga menyetujui rencana baru untuk distribusi bantuan di dalam Jalur Gaza, meskipun tidak diketahui secara jelas kapan pasukan akan diizinkan masuk ke wilayah tersebut.

Israel telah melanjutkan kembali serangan udara dan darat di Jalur Gaza pada Maret lalu, setelah gagalnya gencatan senjata yang didukung Amerika Serikat, yang telah menghentikan pertempuran di daerah kantong Palestina itu selama dua bulan.