(Korut) menggelar uji coba sistem senjata pada , Choe Hyon, yang diklaim dilengkapi “senjata paling kuat”. Uji tembak itu diawasi langsung oleh pemimpin negara terisolasi tersebut, .
Laporan kantor berita resmi Korean Central News Agency (KCNA), seperti dilansir Reuters dan AFP, Rabu (30/4/2025), menyebut rudal jelajah dan rudal antiudara diluncurkan dalam uji coba itu, dengan artileri juga ditembakkan, sebagai bagian dari uji tembak yang dihadiri Kim Jong Un dan para pejabat senior Korut.
KCNA menyebut uji coba senjata itu digelar pada Senin (28/4) dan Selasa (29/4), dengan Kim Jong Un mengawasi langsung uji coba pada hari pertama.
Saat mengawasi uji coba senjata itu, menurut KCNA, Kim Jong Un mengatakan bahwa sudah waktunya bagi Angkatan Laut Korut untuk mempercepat persenjataan nuklir demi kedaulatan maritim dan demi pertahanan nasional.
Pyongyang, menurut KCNA, menguji coba “rudal jelajah supersonik, rudal jelajah strategis, rudal antipesawat dan senjata otomatis berbasis kapal ukuran 127 mm” pada Senin (28/4).
KCNA mengatakan uji coba pada Selasa (29/4) dilakukan terhadap “senjata berpemandu taktis jenis kapal-ke-kapal, berbagai jenis senjata otomatis berbasis kapal dan senjata asap dan pengacau elektronik”.
Saat mengawasi uji coba itu, sebut KCNA, Kim Jong Un mengatakan sistem daya tembak berbasis kapal milik Korut “secara efektif dikombinasikan” dengan “sarana serang paling kuat termasuk rudal jelajah supersonik, rudal jelajah strategis, dan rudal balistik taktis”.
Kim Jong Un juga memerintahkan langkah-langkah diambil untuk mempercepat pengerahan senjata nuklir pada kapal-kapal Angkatan Laut Korut. Kim Jong Un menyebut persenjataan nuklir pada kapal militer diperlukan guna mempertahankan negara dan kedaulatan maritim dari ancaman.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Badan intelijen Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS), menurut seorang pejabat Kementerian Pertahanan Seoul, memantau dengan saksama aktivitas pembuatan kapal yang dilakukan Korut.
Sementara itu, citra satelit menunjukkan kapal tunda mendorong kapal perang itu kembali ke drydock mengapung. Lembaga think-tank yang berfokus pada Korut, 38 North, menyebut lebih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan sebelum kapal penghancur terbaru Korut itu dapat melaut dengan tenaga penggeraknya sendiri.
“Penggunaan kapal tunda untuk memindahkan kapal ke tempatnya dan kembali lagi dapat menunjukkan kurangnya sistem propulsi yang berfungsi,” sebut 38 North.
Media pemerintah Korut, pada Sabut (26/4) lalu, mengklaim kapal perang Choe Hyon yang memiliki bobot 5.000 ton itu dilengkapi dengan “senjata paling kuat”.
Kim Jong Un, dalam pidato peluncuran kapal perang itu, mengatakan Choe Hyon akan diserahkan kepada Angkatan Laut Korut dan mulai beroperasi pada awal tahun depan. Nama Choe Hyon diambil dari nama mendiang pejuang revolusioner Korut yang anti-Jepang.