di Monas menjadi penanda sejarah penting bangsa ini. Untuk pertama kalinya sejak era Presiden Soekarno di tahun 1960-an, seorang kepala negara kembali berdiri bersama ratusan ribu buruh, bukan sekadar menyaksikan, tapi menyuarakan perjuangan mereka. Dan pada 1 Mei 2025, rakyat tahu pasti: gerakan rakyat sesungguhnya kini berdiri bersama Prabowo Subianto.
Prabowo bukan wajah baru dalam perjuangan rakyat kecil. Sejak muda, ia sudah berdiri bersama petani yang digusur, nelayan yang kehilangan akses laut, dan buruh yang tak mendapat keadilan. Ia bukan politisi gila pencitraan. Ia gila perjuangan. Konsistensinya bukan dibentuk oleh sorotan kamera, tapi oleh keyakinan teguh akan keadilan sosial. Dan ketika akhirnya dipercaya sebagai Presiden Republik Indonesia, ia membuktikan bahwa idealismenya tetap utuh.
Hari Buruh di Monas tahun ini bukan sekadar panggung orasi, tapi panggung keberpihakan. Prabowo menyampaikan langsung komitmennya untuk mendorong pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga-RUU yang telah diperjuangkan selama lebih dari dua dekade namun terus tertunda. “Mudah-mudahan tidak lebih dari tiga bulan, undang-undang ini akan kita bereskan,” ujar Prabowo dari atas panggung, disambut riuh tepuk tangan massa buruh.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Tidak hanya itu, ia juga meluncurkan kebijakan konkret seperti pembentukan Satgas PHK dan Dewan Kesejahteraan Buruh Nasional, sebagai bentuk perlindungan nyata bagi pekerja dari pemutusan kerja semena-mena dan untuk memastikan suara buruh didengar langsung oleh negara.
Pemerintah di bawah kepemimpinan Prabowo juga terus mengambil langkah nyata untuk menjaga dan meningkatkan daya beli buruh, yang menurutnya adalah kunci utama penggerak ekonomi nasional. “Saya punya teori ekonomi sangat sederhana. Kalau orang-orang yang berpenghasilan rendah mendapat penghasilan yang cukup, dia punya daya beli. Kalau punya gaji cukup, pasti ingin beli sepatu untuk anaknya, beli baju untuk istrinya, beli motor untuk dirinya sendiri. Itu artinya pabrik sepatu, baju, motor akan hidup, dan pengusaha juga akan menikmati untungnya,” ujar Prabowo. Oleh karena itu, pemerintah menaikkan UMP sebesar 6,5%, menurunkan tarif listrik rumah tangga, menjaga stabilitas harga pangan, dan mempercepat pencairan hak-hak buruh yang terdampak PHK, sebagai bentuk konkret menjaga siklus ekonomi tetap berpihak pada rakyat.
Prabowo juga merespons positif keinginan buruh yang mendesak dihapuskannya sistem kerja outsourcing. Sebelumnya, Prabowo juga mengeluarkan kebijakan keharusan perusahaan memberikan Bonus Hari Raya (BHR) kepada para ojol.
Dengan berbagai kebijakan populis untuk para buruh tersebut, tentunya tidak sulit bagi Prabowo untuk merespons keinginan buruh yang mendesak lahirnya UU Ketenagakerjaan baru, menghapus UU Cipta Kerja sesuai putusan MK No. 168, karena pandangammya mengenai kebijakan upah, hubungan kerja outsourcing, dan juga kebijakan terkait penanganan PHK sudah sejalan dengan apa yang buruh harapkan.
Sehingga tidaklah berlebihan jika Prabowo disebut harapan baru bagi buruh Indonesia. Karena gebrakannya sejalan dengan apa yang buruh harapkan.
Apa yang terjadi di Monas adalah kristalisasi dari perjuangan panjang-bahwa ketika kekuatan rakyat dan pemimpinnya bersatu, perubahan bukan hanya mungkin, tapi nyata. Di tengah panas terik, Prabowo menyalami satu per satu buruh, menyerap energi rakyat yang telah lama menantikan pemimpin yang hadir bukan hanya saat kampanye, tapi saat keputusan penting harus dibuat.
Kini, Indonesia dipimpin oleh sosok yang tidak hanya memahami penderitaan rakyat kecil, tapi berani mengambil sikap. Dan rakyat tahu, mereka tidak lagi sendiri. Karena gerakan rakyat sejati tidak hanya hidup di jalanan, tapi kini juga tercermin dalam arah kebijakan dan keberpihakan nyata negara.
Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek) periode 2024-2028 dan mantan Sekjen KSPI, Muhamad Rusdi