Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil Survei Kepuasan Indonesia (SKJHI) 2025. Hasilnya, 88,46% jemaah haji puas dengan layanan pemerintah.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, survei ini dilakukan untuk evaluasi pada kualitas setiap jenis layanan yang diberikan oleh pemerintah. Survei dilakukan ke 14.400 jemaah haji dengan metode pengisian kuesioner mandiri.
Pengumpulan data yang dilakukan mencakup tujuh titik amatan, mulai bandara, Madinah, Makkah, Arafah, Muzdalifah, hingga Mina. Kemudian, layanan yang dinilai mencakup petugas haji, ibadah, transportasi, akomodasi, konsumsi, dan layanan lainnya.
BPS mencatat, mayoritas jemaah haji 2025 adalah perempuan sebanyak 55,54%. Kemudian, usia terbanyak berada pada rentang 41-64 tahun sebanyak 68,01%.
Selanjutnya jemaah lansia di atas 64 tahun mencapai 21,70%. Dari sisi pendidikan, 34,04% jemaah berpendidikan diploma hingga S3.
Survei BPS menunjukkan 88,46% jemaah haji puas dengan layanan pemerintah. Kata BPS, angka ini naik 0,26 poin dibandingkan 2024.
“Sebagai hasil dari survei kami, Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia atau IKJHI tahun 2025 mencapai 88,46% atau mengalami kenaikan sebesar 0,26 poin. Dengan capaian ini, jemaah haji Indonesia menerima layanan penyelenggaraan ibadah haji secara sangat memuaskan,” kata Amalia dalam paparannya di hadapan Menag Nasaruddin Umar di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat, Rabu (10/9/2025).
Amalia mengatakan kepuasan tertinggi ada pada layanan bus shalawat sebesar 92,15 persen disusul bus antar-kota 91,62 persen, dan layanan petugas haji 89,72 persen. Meski begitu ada layanan yang mengalami penurunan, yakni akomodasi hotel, konsumsi di Armuzna, dan bus Armuzna.
Amalia melanjutkan, akomodasi tenda mengalami kenaikan signifikan dari 10 hal yang disurvei. Lalu untuk indeks tertingginya adalah transportasi salawat.
“Jadi dari 10 itu yang mengalami peningkatan tertinggi, peningkatan adalah akomodasi tenda, kemudian yang pertama, yang kedua adalah ibadah dan kemudian diikuti oleh petugas haji,” ungkapnya.
Di samping itu, ada tiga hal yang mengalami penurunan. Di antara tiga itu adalah akomodasi hotel di Makkah.
“Nah tadi kalau ditanyakan yang 3 tadi menurun adalah akomodasi hotel, kemudian yang di Mekah, kemudian konsumsi Armuzna, dan juga transportasi bus Armuzna,” ucap dia.
Amalia mengungkapkan, penurunan itu disebabkan penerapan aturan multi syarikah. Hal ini membuat jemaah haji banyak yang terpisah dari keluarganya.
“Yang penurunan seperti layanan hotel di Makkah, itu karena kan ada penerapan yang multi syarikat itu, sehingga ada beberapa penempatan jemaah haji, itu terpisah-pisah dari keluarganya. Lalu kemudian kapasitas kamar itu apa yang kurang sesuai dengan yang diharapkan,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Agama Nasaruddin Umar memberikan apresiasi atas hasil tersebut. Dia juga berterima kasih kepada jajarannya yang telah bekerja keras melayani umat Islam Indonesia yang berangkat haji.
Nasaruddin mengakui betapa beratnya mengurus ibadah haji. Terlebih tahun ini banyak aturan yang tiba-tiba berubah sewaktu-waktu.
“Kadang-kadang pernah satu hari itu tiga kali perubahan. Nah, kemampuan teman-teman bandit haji ini melakukan adaptasi dengan perubahan hidup, ini yang kami apresiasi luar biasa. Tapi secara umum, alhamdulillah ternyata tahun ini, ya tahun 2015, itu mengalami peningkatan kepuasan jamaah,” kata Nasaruddin.